PPG Angkatan 2011-2012
- Details
- Published: 15 April 2013
PPG Angkatan 2011-2012
Pada tahun 2011-2012 UPT PPG Universitas Mulawarman memperoleh kuota PPG bagi guru dalam jabatan sebanyak 120 orang dengan tiga Program Studi Pelaksana, yaitu PGSD 2 kelas (60 orang), Bahasa Indonesia satu kelas (30 orang), dan Bahasa Inggris satu kelas (30 orang). Mahasiswa PPG tersebut berasal dari Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Berau, Kabupaten PPU, Kota Bontang, Kota Balikpapan. Mahasiswa mendapat bantuan pendidikan dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur dan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Setelah mengikuti pendidikan di UPT PPG, sebanyak 89 orang telah berhasil memperoleh Sertifikat Pendidik dan telah kembali bertugas di daerah dan sekolahnya masing-masing.
Peserta Angkatan V UNMUL Kab. Timor Tengah Utara
- Details
- Published: 19 August 2015
Daftar Peserta SM3T Angkatan V UNMUL Kab. Timor Tengah Utara | ||||
No | NO PESERTA | NAMA PESERTA | J K | PROGRAM STUDI |
1 | 2015042966 | MUHAMMAD SYAHRAWARDI | L | Pendidikan Guru Sekolah Dasar |
2 | 2015047936 | NURVIANTY SUDIRMAN | P | Pendidikan Guru Sekolah Dasar |
3 | 2015052318 | ANINDITA ATMAJA | L | Pendidikan Bahasa Inggris |
4 | 2015061753 | ANNAHDHI DZIKRI FAJRIYAH | P | Pendidikan Bahasa Inggris |
5 | 2015054357 | HESTY RAMADHANY | P | Pendidikan Bahasa Inggris |
6 | 2015056250 | IKA WIDYA | P | Pendidikan Bahasa Inggris |
7 | 2015055591 | SANNI | P | Pendidikan Bahasa Inggris |
8 | 2015057196 | SITI AISYAH | P | Pendidikan Bahasa Inggris |
9 | 2015046567 | ACHMAD ARI SAPUTRA | L | Pendidikan Matematika |
10 | 2015050266 | AGUSTINA ARUM SARI | P | Pendidikan Matematika |
11 | 2015048765 | DAVID TUMANAN | L | Pendidikan Matematika |
12 | 2015050200 | ENDANG RADIANA | P | Pendidikan Matematika |
13 | 2015058692 | HAPPY RIZKI DWIYANI | P | Pendidikan Matematika |
14 | 2015048599 | JONI KADETU | L | Pendidikan Matematika |
15 | 2015054942 | MERSON PAIPIN | L | Pendidikan Matematika |
16 | 2015059466 | NUR ANNISA APRILIANA | P | Pendidikan Matematika |
17 | 2015055813 | OVIE TIYA ARIESTA | P | Pendidikan Matematika |
18 | 2015055911 | YESIKA RAMAYANI | P | Pendidikan Matematika |
19 | 2015054394 | EKO PRASETYO NOTOASIH | L | Pendidikan Fisika |
20 | 2015043470 | RINDA FATMALA | P | Pendidikan Fisika |
21 | 2015056056 | RISKAWATI | P | Pendidikan Fisika |
22 | 2015043477 | WIDYASTUTIK | P | Pendidikan Fisika |
23 | 2015058648 | ALI | L | Pendidikan Biologi |
24 | 2015047532 | RIA NOVITASARI | P | Pendidikan Sosiologi |
25 | 2015043963 | MARHANI | P | Bimbingan dan Konseling |
SM3T Angkatan V Universitas Mulawarman
- Details
- Published: 19 August 2015
Universitas Mulawarman sebagai salah satu LPTK penyelenggara SM3T dari 17 LPTK se-Indonesia Melaksanakan SM3T Angkatan V Tahun 2015. Untuk Angkatan V Tahun 2015 ini Universitas Mulawarman menerima 25 orang dari 168 peserta yang mendaftar tes. Peserta SM3T Universitas Mulawarman ini akan di tempatkan di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Peserta SM3T nanti akan diberangkatkan ke Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 18 Agustus 2015.
Sebelum pemberangkatan, peserta terlebih dahulu mengikuti Prakondisi selama 15 hari dari tanggal 03 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 17 Agustus 2015. Materi Prakondisi terdiri atas materi akademik dan non akademik sebagai bekal bagi peserta untuk menjalani pengabdiannya di daerah sasaran. Peserta juga mendapat pembekalan dari TIM BKKBN Kalimantan Timur, Kejagung RI, dan dari Dinas Pendidikan daerah Sasaran. Materi prakondisi Akademik disampaikan oleh Instruktur dari Universitas Mulawarman yang sudah berpengalaman di bidangnya. Sedangkan materi non akademik disampaikan oleh unit terkait yang ada di Universitas Mulawarman (seperti Unit Pramuka dan KSR).
Prakondisi SM3T Angkatan V universitas Mulawarman dilaksanakan di lokasi sekitar sekretariat UPT PPG Universitas Mulawarman di Kampus FKIP Jl. Muara Pahu Gunung Kelua Universitas Mulawarman.
Titah di Link Kemdikbud.go.id
- Details
- Published: 26 September 2014
Penempatan di Zona Merah Jadi Pengalaman Tak Terlupakan

Jakarta, Kemdikbud --- Selain harus berperan sebagai guru, Titah Putri Firdausi juga harus berjuang menghindari kontak senjata.Setahun bertugas sebagai seorang guru di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) menjadi pengalaman menantang hidup yang tak akan terlupakan. Apalagi jika daerah tersebut adalah daerah konflik atau yang disebut zona merah. Tugas sebagai guru menjadi kian berat.
Sejak terpilih menjadi seorang guru melalui payung program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI), guru muda yang akrab dipanggil Titah ini mengabdikan diri untuk menjadi sarjana mengajar di SMPN 2 Asologaima, Kabupaten Jaya Wijaya, Papua. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Lanny Jaya yang belakangan terjadi konflik dan adu senjata yang cukup intens.
Selama bertugas di wilayah tersebut, guru yang ikut SM3T dari Universitas Mulawarman ini tinggal di sekolah. Setiap hari ia selalu duluan hadir di kelas dan menunggu anak didiknya datang. Biasanya, kelas baru dimulai jika anak-anak yang rumahnya berada di balik bukit tersebut sudah berkumpul di sekolah. “Soalnya kelas itu mulainya ikut jamnya anak-anak,” kata Titah saat mengikuti silaturahim SM3T dengan Wapres Boediono di Jakarta, minggu lalu.
Anak-anak didik Titah bermukim di wilayah yang cukup jauh dari sekolah, kebanyakan dari balik bukit berkilo-kilo meter jauhnya. Untuk mulai jalan ke sekolah, mereka menggunakan matahari sebagai penanda. Anak-anak ini baru akan berangkat ke sekolah apabila matahari sudah muncul. “Kalau kebetulan pagi itu mendung, mereka baru ke sekolah pukul sembilan atau pukul sepuluh,” tuturnya.
Sekolah tempatnya bertugas dikelilingi oleh perbukitan, sama halnya dengan kondisi alam di Wamena pada umumnya. Dengan suhu yang relatif rendah, 10-12 derajat celcius, kadang disertai angin yang cukup kencang, Titah menunggu kehadiran anak-anak didik kesayangannya. Di sekolah tersebut ada 300 anak yang tercatat sebagai siswa. Namun kenyataannya, yang pernah masuk ke sekolah hanya 20 anak untuk setiap kelas. “Itu sudah lumayan banyak, karena per angkatan hanya ada satu rombongan belajar, ditambah kelas percobaan,” ucap lulusan Universitas Negeri Malang (UM) ini. Meski lulusan UM, Titah mengikuti SM3T dari Universitas Mulawarman (Unmul) di Samarinda, Kalimantan Timur.
Kelas percobaan merupakan kelas khusus untuk anak-anak yang belum bisa membaca. Jika pada umumnya peserta didik sudah bisa membaca ketika belajar di sekolah dasar, maka kondisi tersebut tidak terjadi disini. Untuk jenjang SMP pun, banyak di antara mereka yang belum bisa baca, tulis dan berhitung. Titah dan temannya sesama guru SM3T harus memulai tugasnya dari kelas percobaan ini. Jika sudah ada kemajuan dan mereka sudah mulai bisa membaca, baru kelas reguler dilaksanakan.
Tantangan menjadi guru tidak selalu tentang mendidik di dalam kelas. Di zona merah seperti ini, dimana masyarakat cenderung lebih suka terlibat dalam konflik daripada mendorong anaknya untuk bersekolah, edukasi juga dilakukan kepada orang tua. Bagaimana mereka didekati dan memunculkan kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan bagi putra putrinya. Titah mengaku, dalam melakukan pendekatan ini ia sering terjun ke sawah dan kebun untuk menyapa dan ngobrol dengan orang tua. Ia pun harus belajar keras untuk menggunakan logat penduduk setempat supaya bisa ‘nyambung’ dengan mereka. “Kesadaran mereka tentang pendidikan masih kurang sekali. Kehidupan primitif disana lebih mengutamakan berkebun daripada sekolah,” katanya.
Untuk urusan seragam, anak didik Titah tidaklah berpakaian lengkap. Mereka hanya seadanya. Ada yang cuma kancing di atas, ada yang cuma di bawah. Ada yang tidak ada lagi risletingnya. “Dengan kondisi seperti itu saya harus mengajarkannya kerapian dan kebersihan kepada mereka,” tuturnya.
Dan yang paling membahagiakan bagi Titah adalah ketika anak-anak didiknya ini berhasil lulus ujian. Tak hanya ia, anak-anak ini pun akan menangis terharu di pelukannya karena mereka memiliki guru yang mendidik dan mendorong mereka sehingga mereka memiliki kemampuan untuk melewati ujian tersebut dengan baik. “Mereka sangat bahagia dan berterima kasih kasih kepada guru-gurunya, karena bisa lulus dengan usaha sendiri. Bukan dengan kata, melainkan dengan tangis dan pelukan, dan itu benar-benar mengharukan,” kata Titah sambil menghapus air mata di pelupuk matanya. (Aline Rogeleonick)