Testimoni Erna
- Details
- Published: 18 June 2013
NANO-NANO di SM-3T
Assalamualaikum wr. wb
Banyak kisah yang mengharukan saat saya mengajar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Saya Alumni Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Makassar, dari LPTK Universitas Mulawarman. Saya ditugaskan sebagai pengajar di SD GMIST Yobel Lamanggo di Daerah Sulawesi Utara kabupaten SITARO (Siau, Tagulandang, Biaro) Kecamatan Biaro Desa Lamanggo. Awal mengikuti program SM-3T ini sempat ragu, tapi berkat dorongan dari keluarga dan teman-teman akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan mengikuti tahap demi tahap sampai akhirnya bisa lulus program SM-3T ini.
Sebelum kami di tempatkan di tempat pengabdian kami mendapatkan pembekalan selama 3 (tiga) hari di Hotel Jakarta di Kabupaten SITARO, disana kami diajarkan tentang banyak hal yang menyangkut kondisi daerah yang akan menjadi tempat pengabdian selama 1 (satu) tahun. Setelah tiba dilokasi muncul pertanyaan di dalam hati saya “Apakah saya sanggup bertahan dengan kondisi yang seperti ini?”. Di tempat pengabdian, saya tinggal disebuah kontrakan, bisa dikatakan tempat tersebut kurang layak ditempati, masih kotor karena tempat tersebut tidak ada yang menempati sebelumnya. Adapun air yang dipergunakan adalah air hujan, listriknya pun hanya 12 jam saja dari jam 18.00-06.00 WITA, jalanannya masih berbatu-batu, dan warga disana mayoritas non muslim.
Jarak sekolah dari rumah lumayan jauh sekitar kurang lebih 20 menit perjalanan, saya ke sekolah jalan kaki karena di tempat tugas saya belum ada mobil angkutan. Hari pertama masuk di sekolah saya langsung perkenalan dengan seluruh dewan guru dan murid-muridnya, Jumlah tenaga pengajar di SD GMIST Yobel Lamanggo hanya terdapat 7 orang yakni 6 orang wali kelas dan 1 orang kepala sekolah, mengajar di sekolah ini harus lebih kreatif disebabkan kurangnya fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan sekolah cenderung menggunakan bahasa daerah sehingga terkadang saya kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka.
Saya mengikuti program SM-3T ini awalnya karena adanya jaminan kuliah PPG selama satu tahun dan bisa diangkat menjadi PNS, tapi setelah melihat senyum, canda tawa dan semangat mereka untuk belajar rasanya sangat malu sekali, ketika sempat semangat saya mulai menurun.
Mengajar di sekolah ini harus lebih kreatif dan extra sabar. Hal ini disebabkan Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki di sekolah tersebut. Murid-muridnya pun tidak semua menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun demikian saya tetap bersemangat mengajar mereka. Setiap hari Sabtu di sekolah hanya pengembangan diri saja murid-muridnya kabanyakan bermain jadi saya mengajarkan mereka lagu-lagu daerah dan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler.
Di sekolah kami mengadakan penataaan kembali perpustakaan ditambah dengan mengadakan UKS kecil dan majalah dinding sekolah. Guru dan siswa tadinya jarang ke perpustakaan setelah dibenahi kembali mereka mulai berdatangan guna membaca buku dan melihat majalah dinding. Sebelum diadakan UKS, siswa yang mengalami sakit ringan cenderung ijin pulang dan meninggalkan pelajaran, sekarang dengan adanya UKS siswa bisa berperan sebagai dokter kecil untuk temannya yang sedang sakit ringan. KIT yang awalnya tidak dimanfaatkan dengan baik yang tersimpan diperpustakaan kini mulai dipergunakan sesuai dengan kebutuhan materi yang diajarkan.
Selain mengajar di sekolah saya dan teman-teman juga melakukan kegiatan kemasyarakatan diantaranya, pemutaran film bertemakan pendidikan”Laskar Pelangi”, sosialisasi di Gereja, ikut kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa, mengikuti acara adat Tulude Kecamatan bersama Bupati, mengadakan Lomba Mewarnai dan Menggambar tingkat TK dan SD serta lomba membaca puisi bahasa inggris tingkat SMP dalam rangka menyambut HARDIKNAS.
SD GMIST Yobel Lamanggo tempat pengabdian saya selama 1 tahun, suka duka selama mengajar di daerah SM-3T akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. saya sangat bangga bisa menjadi bagian dari peserta SM-3T khususnya di daerah Lamanggo. Ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya, program SM-3T ini mengajarkan saya banyak hal tentang arti kehidupan, mengabdi di daerah SM-3T harus sabar dan iklas, tetap semangat, tetap sabar, dan tetap tersenyum.
Salam SM-3T (by Andi Hernawati)
Testimoni Wuri A
- Details
- Published: 18 June 2013
Kisahku
=====
Assalamualaikum wr wb
Saya adalah salah satu peserta SM3T yang berasal dari Samarinda. LPTK yang mengirim saya adalah Universitas Mulawarman, universitas dimana tempat saya menuntut ilmu selama kurang lebih 4 tahun, Berikut ini adalah kisah saya selama mengikuti SM3T.
Suatu ketika, tiba – tiba teman saya menyuruh saya untuk mengirimkan nama lengkap, NIM dan tahun lulus. Kemudian dia menyuruh saya membuka situs SM-3T. Saya sama sekali tidak mengetahui apa tujuan dia menyuruh saya melakukan itu. Saya pun menuruti kemauannya untuk membuka situs itu. Setelah membukanya, saya belum paham sepenuhnya program ini. Teman saya hanya mengatakan program ini adalah salah satu cara untuk menuju PNS, setelah mendengar hal itu saya pun segera mendaftarkan diri saya untuk mengikuti tes SM3T online.
Singkat cerita, saya dan teman saya mengikuti tes tulis dan wawancara. Pada hari yang ditentukan, saya dinyatakan lulus sebagai peserta sm3t dari LPTK Unmul. Saya pun mengikuti kegiatan pra kondisi . Selama kegiatan pra kondisi tersebut saya mulai paham tentang program ini. Program SM-3T adalah program pengabdian sarjana pendidikan untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan didaerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) selama satu tahun sebagai penyiapan pendidik profesional yang akan dilanjutkan dengan program pendidikan profesi Guru.
Tiba saatnya keberangkatan kami ke daerah pengabdian kami selama 1 tahun. Saya ditugaskan di SMP Negeri 1 Biaro di desa Lamanggo, kecamatan Biaro. Kepulauan SITARO, Sulawesi Utara. Daerah tersebut adalah daerah yang sama sekali saya tidak tahu dimana letaknya. Setelah selama 3 hari saya menerima pembekalan dari beberapa instansi di daerah tersebut, akhirnya tepat pada tanggal 15 Oktober 2012 saya menginjakkan kaki di kecamatan Biaro, Kepulauan SITARO. Sebuah pulau yang dikelilingi oleh lautan yang luas. Saya bersama 8 orang peserta SM3T ditempatkan di desa Lamanggo dan tempat tugas mengajar kami dibagi ke tingkatan yang berbeda. 2 orang diSD, 3 orang diSMP, dan 4 orang diSMK.
Dihari pertama saya mengajar, saya berkenalan dengan semua siswa, mulai dari kelas VII sampai kelas IX. Dari perkenalan tersebut, saya mendapatkan kenyataan yang membuat saya merasa terharu dengan anak – anak di daerah tersebut. Sebagian dari mereka harus berjalan kaki selama 1 atau 2 jam untuk pergi ke sekolah, karena di daerah tersebut tidak ada yang namanya angkutan umum. Suatu hari saya mencoba menyusuri jalan yang setiap hari dilalui oleh anak – anak, rasa iba dari saya pun bertambah setelah saya menyusuri jalan tersebut, jalan yang rusak, banyak bebatuan dan jalan naik turun gunung yang tinggi. Tetapi mereka semua tidak pernah mengeluh dan bermalas – malasan pergi ke sekolah, mereka tetap bersemangat demi menuntut ilmu di sekolah, hal itulah yang membuat saya salut pada anak – anak di kecamatan biaro ini.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan saya lalui dengan rasa suka duka yang selalu silih berganti, tangisan dan candaanpun juga mewarnai di keseharian saya selama mengabdi. Terkadang perasaan ingin kembali ke daerah asal selalu saja melintas dalam benak saya, tetapi setelah melihat candaan dan semangat para siswa, rasa itu pun hilang berganti dengan kobaran api semangat untuk terus mendidik, mengajar, dan memotivasi mereka untuk terus belajar dan berusaha demi mewujudkan cita-cita mereka.
Walaupun desa lamanggo bukan tanah kelahiran saya, tetapi semua masyarakat dan guru-guru di sekolah tempat saya bertugas memperlakukan saya beserta teman-teman saya dengan sangat baik. Walaupun sebagian besar dari mereka mempunyai keyakinan yang berbeda tetapi mereka tidak pernah mempersoalkannya, mereka tidak pernah membeda-bedakan kami. Semua warga di tempat saya bertugas mengganggap saya dan teman-teman bagian dari keluarga mereka.
Selain tugas mengajar di sekolah, saya beserta teman- teman saya juga terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan seperti acara adat, rapat aparat desa dan lain – lain. Saya merasa senang bisa ikut terlibat dengan kegiatan tersbut. Dan yang paling menyenangkan setelah saya mengikuti SM3T ini dan ditempatkan di daerah ini adalah penglihatan saya disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa indahnya, lautan biru yang sangat luas, gunung-gunung tinggi dan padang rumput yang hijau terpampang nyata di depan mata. Suasana alam yang alami dan bisa menyejukan hati dan pikiran bisa saya rasakan secara langsung di tempat saya mengabdi.
Dengan mengikuti SM3T banyak sekali yang saya pelajari tentang arti kehidupan, bagaimana mensyukuri apa yang kita punya, saling berbagi/tidak mementingkan kepentingan pribadi, lebih bersikap sabar dalam mengahadapi suatu masalah dan lain sebagainya.
Itulah potongan kisah saya selama saya mengikuti SM3T. Semoga bisa bermanfaat bagi yang membacanya. Ini sungguh tidak di dramatisir… bagaimana ya menjelaskannya… inilah yang sesungguhnya terjadi di SM-3T Lamanggo!!!
Salam SM-3T
Wuri Andariyah, S.Pd
Testimoni Lia
- Details
- Published: 18 June 2013
BALADA SM-3T
Awalnya saya ragu mengikuti program SM-3T. Program SM-3T masih belum familiar di telinga saya. Ketika mendapat info tentang SM-3T, saya langsung membuka situsnya untuk mengetahui perihal kelanjutannya. Setelah saya baca-baca, saya mengurungkan niat untuk mengikuti program SM-3T dikarenakan daerah penempatan yang cukup jauh dari tempat tinggal saya. Selain jauh, saya meragukan keberanian saya untuk menjadi seorang perantau yang harus terpisah jauh dari orangtua dan keluarga. Hal ini sangat mengganggu pikiran saya. Memikirkan kehidupan seperti apa yang akan saya jalani di tempat tugas. Liku kehidupan seperti apa yang akan saya hadapi dalam perantauan.
Di sela-sela dilemanya hati, saya mendapat sedikit pencerahan dari salah seorang dosen. Beliau memberikan gambaran tentang SM-3T. Bersama dengan teman lainnya, saya sangat antusias menyimak penjelasan Beliau. Akhirnya, Beliau pun menyarankan untuk mendaftar program SM-3T. Dengan perasaan lega saya pulang ke rumah dan meminta ijin orangtua untuk mengikuti program SM-3T. Setelah mendapat ijin, saya mendaftarkan diri sebagai peserta SM-3T dengan mengisi formulir online dan melengkapi data-data yang diperlukan. Karena merasa takut mengikuti program tersebut sendiri, saya pun mengajak seorang sahabat yang sudah pulang kampung untuk mendaftar program SM-3T. Dengan berbagai penjelasan, saya meyakinkannya untuk mengikuti program SM-3T dan dia pun ikut mendaftar.
Salah satu alasan mengikuti program SM-3T ini adalah adanya jaminan beasiswa PPG dan menjadi PNS. Yang mana sekarang ini, bukan hal mudah untuk menjadi PNS. Harapan orangtua menjadi tolak ukur saya untuk membulatkan tekad. Keyakinan, keberanian dan nekad yang pada akhirnya membuat saya memberanikan diri mengambil keputusan ini dengan segala konsekuensinya. Dan tidak sia-sia, saya pun lolos seleksi. Ketika tes wawancara, saya menyanggupi semua pertanyaan yang diberikan seolah saya mampu dan sanggup bertahan di tempat baru yang akan menjadi tempat bermukim selama satu tahun lamanya. Seolah saya mampu berdaptasi dengan baik di lingkungan yang baru.Semua itu hanya berdasarkan keyakinan.
Sampailah kami pada daerah penempatan. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Provinsi Sulawesi Utara. Tempat yang belum pernah terjangkau dalam khayalan sekalipun. Tempat yang tidak pernah terlintas dalam pikiran akan saya kunjungi untuk waktu yang lama. “Akankah saya mampu bertahan disini??” sejenak merenung dan bergumam dalam hati. Setibanya di Manado, kami menuju Pulau Siau untuk berkumpul dengan rekan SM-3T dari Universitas Negeri Malang. Kami mengikuti workshop selama tiga hari bersama Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) dan BASICS. Tepat pada tanggal 15 oktober 2013, kami dikirim ke daerah tempat tugas masing-masing. Pertama kalinya menginjakkan kaki di Pulau Biaro. Saya ditugaskan di SD GMIST Yobel Lamanggo Desa Lamanggo Kecamatan Biaro Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang BIaro. Ketika pertama tiba di Desa Lamanggo, saya menangis histeris. Entah apa yang saya pikirkan saat itu. Hati saya begitu takut dan ingin sekali pulang.
Namun seiring berjalannya waktu, saya bisa menerima dan membiasakan diri dengan kehidupan di Desa Lamanggo. Desa Lamanggo merupakan ibukota kecamatan Biaro. Namun fasilitas yang ada, baik dari segi finansial maupun infrastruktur bisa dikatakan masih kurang dari kata baik. Pekerjaan penduduknya tidak menetap menyesuaikan dengan keadaan. Tidak banyak yang dapat kami lakukan untuk kemajuan Desa Lamanggo, namun kami berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan terlebih dalam dunia pendidikannya.
Di lingkungan sekolah, khususnya SD GMIST Yobel Lamanggo, fasilitas gedungnya baik. Hanya saja, ada beberapa perangkat pembelajaran yang tidak dimanfaatkan dengan sebagaimana mestinya. KIT yang tersedia hanya tersimpan di perpustakaan. Perpustakaan yang ada pun tidak tersusun dengan rapi. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka, sebelumnya tidak pernah dilaksanakan di SD GMIST Yobel Lamanggo. Setiap hari sabtu, siswa-siswi cenderung tidak ada kegiatan yang dilakukan selain bermain di lingkungan sekolah. Saya yang tidak mempunyai basic atau pengalaman pramuka memberanikan diri mengusulkan kepada Kepala SD GMIST Yobel Lamanggo untuk diadakannya ekstrakurikuler pramuka setiap hari sabtu dan pengembangan diri dengan memperkenalkan lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia kepada siswa-siswi karena diketahui mereka sangat suka bernyanyi. Kini kegiatan pramuka berjalan rutin setiap minggunya dan seluruh siswa sangat menyukai lagu-lagu daerah yang diajarkan serta sangat antusias dalam menyanyikannya.
Saya merasa malu ketika teringat akan keluhan-keluhan saya, rasa tidak betah saya, rasa takut saya, rasa ketakberdayaan saya hidup di lingkungan yang sangat baru. Itu semua seakan terbayar dengan senyum dan tawa mereka. Ketika melihat senyuman, antusias, tawa riang, tekad dan impian-impian mereka, saya benar-benar mendapat kepuasan batin yang luar biasa. Saya sangat bangga menjadi peserta SM-3T. Saya bangga dengan semangat anak-anak bangsa SD GMIST Yobel Lamanggo. Semangat mereka seakan tak pernah padam. Begitu membara dalam sanubari. Mereka adalah anak bangsa yang memiliki impian-impian indah. Membentang di cakrawala. Semangat kita adalah mimpi nyata untuk mereka. Motivasi kita adalah vitamin untuk kemajuan mereka. Ketulusan kita adalah awal untuk menjadikan mereka penerus bangsa. Bangsa yang berpendidikan. Satu nasehat yang selalu saya ingatkan pada mereka “ Jika Engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, Engkau harus menanggung pahitnya kebodohan” (Phytagoras)
Salam SM-3T,,
Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia
Lia Ayu Rachmawati, S.Pd
SD GMIST Yobel Lamanggo
Desa Lamanggo Kec. Biaro Kab. SITARO
Testimoni Serly P
- Details
- Published: 18 June 2013
“FENOMENA SM-3T”
SM-3T... satu kata fenomenal yang kini menjadi kebanggaanku dan teman-teman, yang telah membawaku jauh mengenal kehidupan di luar kehidupan yang pernah kujalani selama ini. Tak pernah sedikit pun terlintas aku sampai pada tahap ini, tahap dimana aku harus mampu menghadapi segala kemungkinan yang terjadi dengan melibatkan segala macam perasaan dan emosi. Ya... karna SM-3T lah aku dapat melangkah sejauh ini, mempelajari kehidupan baru yang menawarkan sejuta macam keunikannya.
Semua berawal dari ajakan teman-teman baikku yang tidak lain merupakan teman-teman sekelasku di FKIP Fisika UNMUL. Informasi mengenai SM-3T datang dengan berbagai macam versi dengan segala macam terkaan dan perkiraan mengenai program ini, bahkan masih teringat dengan jelas olehku hal yang menjadi pertimbangan besar sebelum mengikuti program ini adalah mengenai daerah penempatannya. Aku sempat berfikir mungkin aku akan mati sia-sia jika ditempatkan di daerah yang sulit dijangkau, terlebih saat itu memang sempat terdengar slentingan kalau daerah sasaran SM-3T adalah daerah-daerah terluar wilayah Indonesia yang mana sering terjadi konflik. Alhasil aku memutuskan untuk tidak mengikuti program ini.
Informasi mengenai SM-3T ini terus menerus datang dari teman-teman dan semakin jelas. Jujur, aku kemudian tertarik dengan adanya program PPG yang ditawarkan. Akhirnya dengan sedikit proses tarik ulur antara aku, orang tua dan teman-teman akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti program ini.
Tahap demi tahap ku lalui bersama teman-teman hingga akhirnya keluarlah lokasi penempatanku yaitu di SMP N 1 BIARO Desa Lamanggo Kecamatan Biaro Kabupaten Kepulauan Sitaro. Walau aku begitu asing dengan tempat tersebut namun ada nilai plusnya, aku tidak sendiri disana. Ada 4 orang teman-teman dari SM-3T UNMUL lain di lokasi yang sama walau berbeda sekolah ditambah 6 orang teman-teman SM-3T dari UM. Hal itu membuatku lega dan tidak harus berfikir bahwa aku akan menjadi seperti seeorang yang terdampar di pulau tak dikenal sendirian.
Terhitung sejak tanggal 16 Oktober aku mulai memasuki kehidupan di desa Lamanggo Kec. Biaro dan menyelami dunia pendidikan yang sesungguhnya. Hari berganti hari dan kini telah 7 bulan aku dan teman-teman telah menghabiskan waktu di daerah yang dulunya asing kini terasa seperti kampung halaman kedua bagi kami. Disini, selain aktif dengan kegiatan sekolah aku dan teman-teman juga melakukan kegiatan di ruang lingkup masyarakat dan alhamdulillah semua berjalan lancar. Ini semua berkat warga-warga disini yang sangat baik terhadap kami, mereka begitu ramah tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada. Guru-guru disinipun memberikan perlakuan dan respon yang positif terhadap semua hal yang inggin aku dan teman-teman lakukan bersangkutan dengan kegiatan sekolah.
Untuk kondisi murid-murid disini yang dapat kukatakan adalah menantang, menarik dan menghibur. Kondisi mereka yang kusebut menantang adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap pelajaran di sekolah yang disebabkan oleh kurangnya tenaga pengajar di sekolah sebelum aku dan teman-teman datang, sehingga guru yang mengajar bukanlah guru bidang studi seharusnya dan menjadikan terbatasnya ilmu yang dapat mereka dari guru tersebut. Sungguh tantangan yang luar biasa harus mengajar mereka dari titik nol lagi. Menariknya, ternyata setelah diberi beberapa pelajaran yang seharusnya, mereka mampu mengikuti. Jika ada yang tidak bisa, mereka jarang mengeluh malah terus berusaha hingga mereka bisa. Hal tersebut membuatku semangat untuk terus mendidik mereka.
Masih terekam dengan jelas olehku salah seorang murid berkata padaku ketika kami sedang mengobrol santai sewaktu jam istirahat "mem, dulu sebelum ada mem bertiga (aku dan 2 temanku) kami malas-malasan turun ke sekolah, tapi semenjak ada mem bertiga kami jadi semangat untuk ke sekolah, walaupun nggak belajar kami tetap bisa dapat cerita baru dari mem bertiga".
Entah dia mengatakan dengan tulus atau hanya gurauan semata namun kata-katanya tersebut mampu membuatku tersentuh dan bertekad akan tetap menemani dan mendidik mereka sampai batas waktu yang ditentukan.
Begitu banyak polah tingkah anak-anak yang pernah kutemui disini, dari yang paling baik sampai yang paling nakal, dari yang paling diam sampai yang paling ribut, namun mereka semua mampu menghibur dan menghilangkan rasa rindu mendalam pada keluarga dirumah terutama adik-adikku.
Mengikuti SM-3T bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan dan mengerikan, bahkan melalui SM-3T aku dapat menjangkau tempat-tempat indah yang ternyata selama ini tersembunyi di negeri Indonesia ini. Hamparan pasir pantai yang putih bersih dengan pemandangan laut dan langitnya yang menyejukan jiwa serta pemandangan alam bukit dan gunung yang menyegarkan mata dapat kunikmati di daerah penempatan SM-3T ku.
Aku yakin teman-teman SM-3T di tempat lain pasti juga menemukan hal-hal menarik yang dapat diceritakan seperti ceritaku.
ini ceritaku... mana ceritamu...? ^^
#kini aku memahami rencana Tuhan memang selalu indah...
Salam SM-3T,
Serly Perdani, S.Pd