Testimoni Edi Purwanto
- Details
- Published: 17 August 2014
MY TESTIMONI
ATTENTION!!!
LISTEN, READ AND UNDERSTANDING
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
Syaalooom, salam sejahtera untuk kita semua,
SALAM MENDIDIK DI DAERAH TERPENCIL
Perkenalkan nama an EDI PURWANTO tapi mendapat perubahan nama dari Kementrian Penamaan Republik Indonesia menjadi EDI PURWANTO, S.Pd (Sarjana Penuh Derita) pada tahun 2013, lalu ke Papua mendapat perubahan lagi dari Kementrian Penamaan Provinsi Papua Kabupaten Jayawijaya yang ibu kotanya Wamena menjadi EDYIE KURISI, an ditempatkan di Papua tepatnya Kabupaten Jayawijaya, Papua sungguh luar binasa, udara yang sejuk masih banyak hutan, diselimuti deng pegunungan, tra banyak polusi, budaya yang kental, yang masih menjunjung tinggi nilai adat dan budaya, masyarakat yang social dan cinta perdamaian walaupun sering perang suku. Sungguh tra menyesal an ditempatkan di Papua dan an sempat menangis berlinangan air mata ketika an tiba di Papua dan satu kali an diajak jalan-jalan deng kepala sekolah menelusuri beberapa daerah sungguh mati an terharu deng daerahnya dan masyarakatnya.
Orang bilang jika ke Papua tra ke Jayawijaya atau Wamena maka disebut belum menginjakkan kaki di Papua, bagaimana bisa…….??? Jawabannya adalah karena Jayawijaya atau yang sering dikenal dengan Wamena (Wam = Babi, Ena = Jinak) merupakan jantungnya Papua. An berasal dari FKIP Prodi Bahasa Inggris angkatan 2009 yang mengganggur selama 2 tahun sebernarnya lulus tahun 2007, akhirnya bisa menggunakan TOGA pada tahun 2013, setelah lulus pasti GL4U, tapi yaa namanya Allah telah memberikan petunjuk dan jalan akhirnya An join ikut SM3T walaupun banyak tawaran pekerjaan di luar keguruan yang menggiurkan, namun apa arti nir pu S.Pd kalau tra diterapkan deng baik, karena nir pu gelar adalah tanggung jawab yang harus nir jalankan.
Singkat cerita, an ditempatkan di SMP Negeri 1 Asologaima Desa Kimbim Distrik Asologaima, yang berjarak 28 Km dari kota, dekat tohh tra jauh lah, tapi an merangkap dan membantu sekolah lain seperti SD yang membutuhkan, tapi posisi an tra sebagai guru melainkan adalah sebagai operator sekolah datadik untuk SD atau sekolah yang membutuhkan namun di sekolah saya sendiri an sebagai guru Bahasa inggris, TIK, Keterampilan dan juga Operator Sekolah urusan Datadik. Wamena pu kehidupan memang keras, keras lah kalau bisa nir bilang, tapi kerasnya kehidupan itu bagaimana nir memandang sebuah kehidupan, syaratnya hidup di sini ialah jangan pelit, jangan sok, jangan sombong, jangan bertingkah. Hiduplah berdampingan dengan masyarakat laiknya mereka hidup tapi jangan lupa tetap teguh pada iman kita. Masyarakat di sini jika nir baik pada dorang maka dorang juga akan lebih baik kepada nir. An pu keluarga angkat di sini yaitu kepala sekolah, dorang su an anggap seperti keluarga sendiri, an tinggal deng 2 murid an yang baru naik kelas VIII SMP, dorang yang membantu an setiap hari yang penting nir sama-sama makan deng dorang su cukup. An pu murid” tu jauh sekali dari sekolah jaraknya 3 jam perjalanan kaki dan di belakang gunung. Tapi semangat dorang untuk belajarlah yang membuat an semangat yaitu walaupun hujan, lumpur, pecek (becek), lisin (licin) tra peduli tetap datang ke sekolah walaupun su terlambat 1 jam, itulah yang harus kita hargai dari dorang yaitu semangat dorang yang pantang menyerah, tegar dengan segala kerasnya kehidupan walaupun jika dorang tra ada beras dan tra mampu membeli yaa cukuplah hanya makan hipere (ubi jalar) dan sayur yang hanya direbus, rasa bersyukur yang ada di hati yang tra menuntut harus segalanya terpenuhi walaupun ingin sekali, cukuplah apa yang ada itu yang dimakan tanpa mengharap lebih. kadang Semangat bekerja mereka, walaupun masih kecil dorang su diajarkan cara bekerja atau mengurusi ternak, mencari daun, mencari kayu bakar, dan lain sebagainya. Kadang an teringat an pu murid bicara “Pak guru, guru-guru yang lain mana eee, kita mau belajar tapi tra ada guru ini, pagi kita bangun pagi-pagi, dating jauh-jauh, capek, dingin sampai sekolah tra ada guru lain” kadang mereka berkata demikianmaka dari mendidiklah deng sungguh-sungguh.
Kawan semua jika kalian tahu pentingnya sebuah daerah dan budaya maka kalian akan merasa betapa kecilnya dan tra bergunanya kita bagi orang lain padahal di sisi lain banyak yang membutuhkan uluran tangan kita untuk membangkitkannya. Hargailah budaya kita sendiri budaya Indonesia karena itulah yang harus kita jaga bukan budaya luar apalagi Korea, banyak kearifan daerah, budaya dan masyarakat yang tra pernah kita tahu dan mengerti inilah saatnya bagi kita untuk berjuang dengan putra putri bangsa kita.
Ingatlah ketika kalian menyanyikan MARS MAJU BERSAMA ada lirik “mengabdilah dengan setulus hati”jika kalian pahami baik arti lirik itu maka kalian akan tahu bagaimana rasanya mengabdi deng setulus hati dibanding deng mengabdi mengharap uang atau pujian. Kawan bekerjalah, mendidiklah dan mengabdilah deng hati karena kita akan memperoleh kepuasan yang tra bisa dibayar dengan uang. Bekerjalah jangan menanti perintah tapi berkonsultasilah deng orang di atas kita yang lebih tahu dan mengerti, jangan pula kita menjadi orang yang segalanya bisa tapi merendahlah walaupun kita di atas mereka, jangan hanya mendongakkan kepala tapi merunduklah, jika ingin membantu mereka berbicaralah baik-baik tanpa membuat mereka merasa rendah, setra puasnya kita atau tra sukanya kita kepada guru tetap namun hargai mereka karena mereka yang pu tempat. Apa yang bisa kalian kerjakan kerjakanlah walaupun itu berat : “jika kalian ingin berjalan sejauh 10 km maka niatlah berjalan sejauh 20 km karena disitulah kita tra akan cepat merasa lelah”.
Mungkin itu saja an pu pesan dan kesan selama mengabdi, semoga menjadi pelajaran dan bermanfaat dan juga bisa diambil hikmahnya, an pu kata-kata yang di atas ibarat pantat ayam artinya yang telur yaa silahkan diambil tapi yang ayam pu tai jangan diambil dan tinggalkan artinya yang baik silahkan diambil yang buruk kasih tinggal saja sudah, buang saja yang buruk.
Untuk Pak Zen, Waaa Waaa Waa Waa su mau menginap di an pu gubuk dan menemani an selama semalam, tapi sayang Pak Zen tra mau makan ayam bakar batu, lain kali harus coba yang asli Pak.
Oke semua Waa Waa Waa Waa Waa, Tetaplah Indonesia di Hati.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
AN PU PESAN YANG TERPENTING :
* Jangan membawa Bekal banyak-banyak macam Shampo, Sabun, Rinso, Molto, Pembalut, gula kah teh kah susu kah kopi kah semuanya ada dan tidak beda jauh sekali dari pada kalian harus bawa susah-susah dan kena over bagasi yang lumayan mahal mending untuk belanja di sini. Dulu teman an ada yang sesat bilang tidak ada apa-apa harga mahal sekali rokok 50.000,00, shampo sachet 5.000 tapi banyak yang percaya akhirnya semuanya ikut tersesat kepada over bagasi yang luar biasa.
* Bawalah barang yang penting dan perlu saja, kalau bisa jacket dan sleeping bag atau selimut dan ingat jangan percaya Pak Zen tidak perlu bawa sleeping bag karena di sana tidak terpakai (Hormat Pak Zen Maaf eee), dulu an hampir percaya namun berfikir ulang akhirnya perlu juga sleeping bag.
* Jangan lupa makanan tradisional macam abon, bisa bagi an abon tidak???? hehehehehe
Kamus Bahasa :
a. An : Saya
b. Nir : Kita
c. Tra : Tidak
d. Pu : Punya
e. Waa : Ucapan salam atau terima kasih yang tak terkira
f. Deng : Dengan
g. Dorang : Mereka orang
h. Su : Sudah
Testimoni Salmiati
- Details
- Published: 18 June 2013
SM3T ???????????
1 kata yang begitu bermakna dalam hidupku. 1 kata itu yang membawaku sampai ke daerah yang tak pernah saya jangkau sebelumnya. Daerah yang tak pernah saya pikirkan bisa sampai disini. Yaa, Awalnya saya bingung pas ditawarin ikut program ini, karena setelah lulus, gak ada kepikiran buat kemana2. Tapi, setelah ditawarkan dari sahabat kalau ada program mengabdi, yang nantinya bisa diangkat langsung jadi PNS ( katanya sih), orang tua saya yang kebetulan mendengar percakapan kami, langsung tertarik dan menyuruh saya ikut handil dalam mengikuti program tersebut. Apalagi setelah mengikuti program ini, dilanjutkan Kuliah PPG. Walau saya masih ragu dan berpikiran yang macam-macam terhadap orang tua saya, saya berpikir kok bisa sih orang tua saya menyuruh mengajar yang jauh-jauh??? Apa gak takut anaknya hilang atau gimana gitu, tapi lagi-lagi orang tua hanya bilang, ini demi kepentingan mu juga nak, demi masa depan mu juga, cari kerja di kota itu susah. Banyak saingan yang harus kamu hadapin. Setelah berpikir panjang dan merenung semalam, akhirnya saya memutuskan untuk ikut dan segera meminta tolong kepada sahabat saya untuk mendaftarkan ke program tersebut karena kebetulan daftarnya harus lewat On-line.
Tahap demi tahap saya lewatin, dan akhirnya saya LULUS dengan penempatan di SD GMIST Mutiara Kalihiang, Kab. Siau Tagulandang Biaro, Kec. Siau Timur Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Tanggal 14 Oktober, pertama kali menginjakkan kaki di tanah Siau. Jalan menuju tempat mengabdi yang begitu berliku dan memiliki beberapa kali tanjakan yang lumayan tinggi. Disini lah awal mulai hidupku dan pengabdianku. Saya menempati rumah yang begitu bagus, dilengkapi fasilitas yang lengkap, signal yang kuat, serta air yang berlimpah. Sekolah ku pun sangat dekat dengan tempat tinggalku. Sehingga saya tak perlu terlalu lama berjalan kaki untuk sampai ke sekolah tempatku mengajar. Guru dan murid-murid begitu ramah, begitu bahagia menerima kedatanganku. Walau Logat bahasaku dengan bahasa mereka berbeda, tapi itu bukan lah penghalang untuk menghalangi kami dalam berkomunikasi.
Alhamdulillah, warga disini semua ramah dan menghargai saya sebagai seorang Muslim. Karena di tempat pengabdian saya, warganya semua beragama Kristen Protestan. Hanya saya yang beragama Muslim. Tapi lagi-lagi, itu bukan lah penghalang saya dan mereka untuk tetap bersosialisasi. Selama menagabdi begitu banyak hal yang saya dapatkan, bukan hanya pengalaman dalam pendidikan, akan tetapi pengalaman dalam hal bersosialisasi dengan warga masyarakatnya, pengalaman dalam mempelajari adat istiadatnya sampai cara beribadah mereka. Disini lah saya mengerti dan mengenal arti hidup sesungguhnya. Bagaimana sebenarnya mengajar yang baik dan sesungguhnya itu. Semua telah didapatkan dengan mengikuti program ini.
Gak nyesel deh ikut SM3T ini. Walau penempatan jauh dari keluarga, akan tetapi tidak membuat saya jauh atau lupa sama keluarga. Selama komunikasi masih ada, kenapa gak??? Disini juga banyak mendapatkan keluarga baru, keluarga yang menganggap saya sudah sebagai anaknya sendiri. Yang selalu membimbing dan menjaga saya selama mengabdi disini. Oiya, murid-murid disini juga ramah-ramah, walau kenakalan mereka luar biasaaa. Sampai kadang kewalahan mengatasi mereka. Tapi itu wajar menurut saya, dimana-mana anak-anak seperti itu lah. Hanya kesabaran yang selalu saya terapkan dalam mengatasi hal tersebut. J
Dan akhirnya saya berkata, Terima Kasih SM3T!!! berkat kamu, saya begitu banyak mendapatkan pengalaman yang tak terduga, Persahabatan, Persaudaraan, dan Cinta. J
Semoga keberadaan kami selama kurang lebih 6 bulan bahkan sampai 1 tahun mengabdi disini membuahkan hasil. Bisa menciptakan anak didik yang berkompeten dan terus berprestasi. Semangat terus dalam berjuang dan berprestasi!!!!!! Maju Bersama Dalam Mencerdaskan Indonesia.
Salam SM3T……..
Salmiati, S.Pd
Testimoni Tanto
- Details
- Published: 18 June 2013
TESTIMONI
Terlebih dahulu saya ingin memperkenalkan diri saya, nama saya Sutanto, Saya lulusan Universitas Mulawarman tahun 2012 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, program studi pendidikan fisika. Saya merupakan peserta program SM-3T angkatan pertama gelombang kedua Universitas Mulawarman Samarinda.
Sangat banyak cerita tentang pengalaman saya selama mengikuti program SM-3T. Awalnya saya tidak mengatahui keadaan geografis daerah yang akan menjadi tempat mengabdi untuk saya namun setelah menginjakan kaki di daerah yang yang saya tuju saya merasa amat senang karena pandangan akan daerah yang gersang dan tandus tidaklah terbukti, saya disambut oleh air laut yang begitu jernih serta pepohonan pala dan kelapa yang begitu rimbun.
Tempat mengabdi saya terletak di daerah pegunungan tepatnya di desa mini, kecamatan siau barat utara, kabupaten kepulauan SITARO, saya mendidik di SMPN 2 Satap mini.
Saya mengajar pertama kali pada hari rabu tanggal 17 oktober 2012, pertama kali saya masuk kelas tentunya saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu, siswa-siswa di kelas ini sangat antusias dalam proses belajar-mengajar, mereka terlihat sangat aktif meskipun ada beberapa siswa yang terlihat kurang dalam proses belajar-mengajar.
Banyak sekali pengalaman yang saya dapat selama mengikuti program ini, tentunya pengalaman suka maupun duka, saya harus berkata jujur karena saya tidak mungkin mengatakan pengalaman saya selama menjalankan program ini selalu baik, ada saja pengalaman yang kurang baik namun banyak juga pengalaman yang membuat saya senang dan pada ahirnya saya tau pengalaman ini merupakan pengalaman yang sangat berharga yang membuat saya lebih dewasa dan berfikir lebih terarah.
Dua bulan pertama merupakan awal yang sangat sulit bagi saya untuk menyesuaikan kondisi saya dengan lingkungan sekitar tempat tinggal saya, dua bulan ini saya rasakan dua bulan terlama dalam hidup saya terlebih saya mengabdi di daerah ini tanpa adanya teman, tidak ada hiburan seperti TV,radio dan sulitnya berkomunikasi melalui alat komunikasi karena tidak adanya signal yang baik bagi alat komunikasi saya, begitu juga dengan air, sehari-hari saya menggunakan air hujan yang ditampung diwadah yang berukuran besar untuk memasak,mandi dan mencuci dan disini saya memasak sendiri. Hal yang paling membuat saya sulit disini adalah rasa rindu akan keluarga, terhadap ayah dan ibu, keponakan-keponakan serta semuanya yang ada di tempat asal saya.
Terlepas dari kesulitan-kesulitan diatas ada banyak hal yang membuat saya merasa senang tinggal di sini.Disini saya tidak pernah membeli ikan karena setiap saya ingin membeli ikan saya selalu di beri dan uang yang saya berikan selalu di kembalikan, kata salah satu guru yang mengajar di satu sekolah dengan saya, orang disini selalu memberikan ikan secara cuma-cuma bagi pendatang seperti saya.
Pada pertengahan bulan desember saya harus dirawat di puskesmas di daerah ondong karena saya menderita maag hal ini disebapkan karena pola makan saya yang tidak teratur, saya dirawat selama 2 hari dipuskesmas ini, disinilah saya merasakan kebaikan yang begitu istimewa oleh para warga, saya selalu dirawat oleh warga secara bergantian dan sangat banyak warga yang menjenguk saya untuk melihat kondisi saya serta memberi semangat. Kondisi disekolah juga begitu nyaman, guru-guru serta para staff begitu baik kepada saya, saya diberikan kesempatan untuk berdoa menurut keyakinan saya secara keras dan mereka mendengarkanya hal ini membuat saya merasa sangat dihargai serta saya merasa toleransi mereka kepada saya begitu tinggi.
Karena daerah tempat tinggal saya dekat laut maka saya sering pergi ke laut untuk berenang, biasanya saya pergi berenang dengan mengajar beberapa murid sekolah saya dan di pantai ini ada sumber mata air panas yang biasa digunakan untuk mandi inilah alasan-alasan lain yang membuat saya betah tinggal di sini.
Saya sangat bersyukur bias mengikuti program ini karena dengan mengikuti program ini saya bias merasakan begitu luasnya Indonesia, begitu indahnya Indonesia, begitu ragamnya Indonesia dan begitu menakjubkanya Indonesia. Saya bisa melihat begitu indahnya terumbu karang di lautan dan begitu indahnya semburan lava gunung karangetang.
Setelah terbiasa dengan kondisi di daerah ini saya merasakan waktu yang berjalan lambat menjadi berjalan begitu cepat dan tanpa terasa saya berada di akhir bulan dalam pengabdian SM-3T di daerah ini, Saya mengucapkan begitu banyak terima kasih kepada kepala sekolah, guru-guru serta staff tata usaha SMPN 2 Satap mini karena mau membimbing saya untuk menjadi guru yang lebih cerdas dan terampil, kemudian saya juga berterima kasih kepada warga-warga desa mini yang menerima saya dengan begitu baik serta semua yang terlibat dalam program SM-3T.
Ayo Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia
Sutanto, S.Pd
Smpn 2 Satap Siau Barat Utara
Desa mini Kec. Siau Barat Utara Kab. Kep. SITARO
Testimoni Yunik P
- Details
- Published: 18 June 2013
PENGABDIAN SM-3T DI SMP NEGERI 2 SIAU TIMUR SELATAN
KAMPUNG BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN
Awal mengikuti program SM-3T ini saya belum mengetahui secara menyeluruh tentang program ini. Saya mendapatkan info melalui teman saya. Setelah mendaftar secara online dan ternyata saya lolos untuk seleksi berikutnya baru saya mendapatkan gambaran tentang program SM-3T ini. Gambaran dan info yang saya dapat dari beberapa dosen UNMUL tentang program ini membuat saya termotivasi untuk mengikuti walaupun saya telah mengetahui lokasi penempatanannya yang sangat jauh. Orang tua terutama Bapak yang tidak menyetujui saya untuk mengikuti program ini dikarenakan lokasinya yang begitu jauh, tetapi setelah mendapatkan penjelasan dari pak zeni melalui telepon baru saya mendapatkan izin tetapi melalui beberapa pertanyaan tentang kesiapan dan keyakinan diri saya untuk mengikuti program ini.
Tiba di Siau (Hotel Jakarta) dijemput oleh Ibu Haryati D. Sagune, BA selaku Kepala SMP Negeri 2 Siau Timur Selatan dan Ibu Dra. Petronela Mare. Lokasi sekolah yang membuat saya terkejut yaitu harus ditempuh menggunakan perahu. Lokasi sekolah bertempat di Pulau Buhias. Perjalanan menuju kepulau sekitar kurang lebih 30 menit dari kota. Selama perjalanan menuju kepulau terlihat pemandangan yang begitu alami dan sejuk yaitu terlihat gunung karangetang yang masih aktif dan beberapa gunung-gunung lainnya yang terlihat sangat hijau serta pemandangan laut yang sangat menawan dengan warna lautnya yang berwarna biru.
Tiba di tepi pantai pulau Buhias di sambut oleh anak SMP dan SMK yang sedang menunggu kedatangan peserta SM-3T. Mereka menyambut kita dengan membawa tas dan koper untuk dibawa kesekolah. Penyambutan bukan hanya dari anak-anak saja tetapi disekolah sudah menyambut guru-guru SMP Negeri 2 Siau Timur Selatan dan SMK Negeri 1 Pelayaran Siau Timur Selatan yang menunggu kedatangan peserta SM-3T. Keakraban dan keramah tamahan sangat terasa saat pertama kali bertemu dan bercanda dengan guru-guru. Setelah acara penyambutan selesai, kami diantar kemes sekolah (tempat tinggal kita selama setahun).
Peserta SM-3T yang ada di Pulau Buhias yaitu berjumlah 7 orang peserta. SD dan SMP masing-masing terdapat 2 orang peserta SM-3T dan SMK terdapat 1 orang peserta SM-3T. SMP dan SMK berdekatan bahkan bisa dikatakan gabung menjadi satu atap. Saya bersama rekan saya yang mengajar di SMP Negeri 2 SITIMSEL yaitu Zainul Gufron Syahroni, S.Pd dan yang mengajar di SMK Negeri 1 SITIMSEL yaitu Rezha Mukti P.,S.Pd tinggal di mess sekolah (didalam lingkungan sekolah)
Mess sekolah berada didalam lingkungan sekolah. Mess yang saya tempati berada diujung didepan pohon kelapa dan mess yang berada disebelah mess saya yaitu mess tempat tinggal 2 orang rekan kerja saya peserta SM-3T dari malang yaitu Gufron dan rezha dan mess yang paling ujung adalah mess Ibu Petronela Mare (Guru SMP N 2 SITIMSEL). Dimalam pertama datang saya tidur ditemani oleh ibu Haryati D. Sagune selaku kepala SMP Negeri 2 SITIMSEL. Dimalam berikutnya saya tidur sendiri karena Ibu Haryati sering berada diUlu Siau untuk mengerjakan urusan dan tugas sekolah disana.
Belum disalurkannya listrik didalam mess dan suasana didalam lingkungan sekolah yang gelap dan sepi serta dibelakang mess adalah hutan membuat saya merasa takut. Tetapi selama berjalan beberapa minggu dan sudah disalurkannya listrik oleh Ibu Mare membuat saya secara perlahan berani untuk tinggal dimess. Bersama Gufron dan Rezha saya bercanda dan makan bersama dimess. Mereka juga yang selalu memberikan motivasi kepada saya agar selalu tersenyum dan tegar menjalani pengabdian ini. Bersama mereka juga saya merasa aman tinggal dimess karena mereka selalu membantu dan menemani saya.
Didepan mess adalah lapangan sekolah. Karena pembuatan saluran airnya yang kurang tepat saat awal pembuatan sehingga lapangan sekolah ini selalu tergenang air jika hujan turun dan terlihat kering saat musim kemarau tiba.
Karena saya tinggal dimess dilingkungan sekolah sehingga tidak membutuhkan jarak yang jauh untuk tiba disekolah hanya sekitar 4 langkah kaki untuk sampai disekolah.
Lembaga pendidikan yang ada dipulau Buhias sudah terbilang cukup lengkap yaitu terdapat PAUD, TK, SD, SMP dan SMK. Peserta SM-3T yang ditugaskan mengajar di SMP ini yaitu ada 2 orang peserta. Saya bersama rekan kerja saya yaitu Zainul Gufron Syahroni, S.Pd mengajar Matematika. Di SMP Negeri 2 Siau Timur Selatan ini sangat membutuhkan guru mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris karena masih kurangnya tenaga pendidik yang mengajar sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga kedatangan peserta SM-3T di SMP 2 SITIMSEL ini dapat membantu kekurangan tenaga pendidik sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dibutuhkan.
Perlengkapan atau media alat pembelajaran yang ada diSMP ini sudah terbilang cukup lengkap karena sudah ada perpustakaan yang menunjang buku pelajaran siswa dan adanya beberapa laboratorium seperti Laboratorium IPA dan ruang komputer.
Saya mendapatkan tugas dari kepala sekolah untuk mengajar dikelas VII, VIII dan IX. Awal mengajar siswa diSMP N 2 SITIMSEL ini memang sangat sulit karena sebelumnya mereka baru mendapatkan sedikit materi pembelajaran Bahasa Inggris dari Guru Agama yang mengajarkan Bahasa Inggris. Antusias dan semangat mereka untuk belajarlah yang membuat saya terharu dan menambah semangat saya untuk memberikan ilmu saya kepada mereka.
Guru-guru SMP Negeri 2 SITIMSEL yang akrab dan begitu sayang kepada saya membuat saya mearasa senang dan bangga bisa mengajar disini.
Kampung buhias bisa dikatakan sudah berkembang pesat. Masyarakatnya sudah terbilang makmur dengan mata pencaharian sehari-hari yaitu nelayan. Dengan adanya pemekaran dikampung Buhias Jumlah penduduk di pulau ini lebih banyak dibanding dengan pulau pahepa. Ada terdapat toko yang menyediakan lengkap kebutuhan sehari-hari hanya saja masih kurangnya sayur-sayuran yang dijual dipulau ini. Jika ingin membeli sayur harus menuju Ulu siau menyebrangi lautan sekitar 30 Menit. Alat transportasi juga sudah terbilang mudah jika ingin ke Ulu (kota) selain menggunakan perahu pribadi terdapat juga 2 buah perahu yang biasa disebut perahu taxi. Perahu ini beroperasi senin hingga sabtu setiap pagi mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 12.00 siang.
Warga dikampung Buhias sangat menghargai perbedaan agama dan sangat menyayangi pendatang yang datang dikampung mereka. Sikap toleransi yang tinggi dan keramah tamahan yang ditunjukan warga dikampung buhias inilah yang membuat saya nyaman untuk mengabdi disini.
Pengalaman yang sangat menyenangkan dan berkesan dimasyarakat yaitu ketika saya diberi kesempatan oleh Ibu-ibu untuk membawa acara dalam persekutuan PKK Kampung Buhias. Acara pertemuan diadakan setiap hari senin. Hari itu merupakan hari yang membuat saya berkesan karena untuk pertama kalinya saya bisa diberi kepercayaan sebagai pembawa acara didepan Ibu-ibu PKK Kampung Buhias.
Demikianlah cerita pengabdian SM-3T saya di SMP Negeri 2 Siau Timur Selatan kampung Buhias Kecamatan Siau Timur Selatan. Masih banyak cerita yang berkesan nantinya hingga sampai hari dimana saya bersama teman SM-3T di Pulau Buhias ini meninggalkan tempat pengabdian tercinta ini. Pulau Buhias ini tidak akan terlupakan sampai saya kembali pulang kekampung halaman karena melihat semangat siswa SMP Negeri 2 Siau Timur Selatan dan masyarakat diKampung Buhias yang sangat menyayangi kita.
Penulis
YUNIK PRASETIYAWATI, S.Pd
Testimoni Hasrianti
- Details
- Published: 18 June 2013
Awalnya saya belum terlalu paham tentang SM3T. Padahal sebenarnya SM3T ini saya dengar di tahun 2011 tetapi masih ragu dan tidak tahu apa, kemana arah dan apa tujuan akhirnya. Pada waktu itu penempatan hanya 3 daerah (Papua, Nusa Tenggara dan Aceh), jadi orang tua tidak mengizinkan ikut.
Berkat dorongan dari seorang Dosen saya sewaktu kuliah akhirnya saya mencoba mendaftar lewat Hp (Pendaftaran On Line). Sebenarnya orang tua dan keluarga besar saya berat hati karena waktu itu saya sudah bekerja di sebuah Bank. Kata mereka "Buat apa lagi ikut itu, toh kamu sudah punya kerjaan dan punya penghasilan. Apa lagi yang kamu cari Nak,,???" Tetapi di hati kecil saya terus mendorong saya untuk ikut program ini. Alhasil, Alhamdulillah mereka pun mengizinkan dengan segala cara dan upaya dalam meyakinkan mereka.
Menurut beberapa teman yang sudah lebih dahulu mendaftar (Kabar Burunglah), SM3T ini merupakan langkah awal menuju CPNS bahkan bisa jadi PNS. Siapa yang tidak mau coba, dan itu juga salah satu dari beberapa tujuan saya ikut SM3T ini. Memang berat ketika tahu bahwa SM3T ini harus mengabdi di daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) yang secara otomatis harus merantau lebih jauh lagi. Setelah melewati beberapa tahap pendaftaran dan seleksi, akhirnya keluar juga pengumumannya dan Alhamdulillah saya LULUS.
Sebelum menuju daerah sasaran, saya mengikuti Prakondisi dimana kami dibekali banyak ilmu. Mulai dari sini saya mendapatkan teman yang memiliki banyak perbedaan. Pada waktu Prakondisi ini saya tahu bahwa saya ditempatkan di SD GMIST Patmos Laingpatehi, Kec. Tagulandang Kab. Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara. Sungguh mengangetkan dan tak terpikirkan sebelumnya. Tepatnya tanggal 14 Oktober 2012 saya menuju daerah sasaran saya. Waoooooow aneh tapi nyata. Medan yang dilalui sangat menantang. Setelah menumpang kapal laut ternyata masih harus menaiki perahu yang ukurannya lumayan kecil. Karena saya sangat takut dengan air jadi di awal perjalanan saya hanya diam di atas perahu sambil berdoa dan pasrah kepada Allah swt.
Daerah sasaran saya merupakan sebuah Pulau kecil yang hanya di huni 2 buah desa (sekitar 150 rumah). Dan di Pulau ini juga terdapat sebuah Gunung Api yang masih aktif disebut Gunung Ruang, makanya Pulau itu disebut Pulau Ruang. Di sini saya tinggal bersama dengan Ibu Kepala Sekolah SD GMIST Patmos Laingpatehi. Rumahnya bagus, tapi sayang sumber air bersih tidak ada (hanya mengharap air hujan), listrik hanya 4 jam (pada malam hari) dan jaringan komunikasi (sinyal) juga tidak ada (adanya di pinggir laut J). Letak sekolah dengan rumah sangat dekat jadi waktu yang dibutuhkan menuju sekolah tidak lama. Guru dan murid sangat ramah dengan kedatanganku. Walaupun dari segi logat bahasaku dengan bahasa mereka yang berbeda tetapi menurut saya ini tantangan aku supaya bisa berkomunikasi dengan mereka (sambil belajar atau sambil menyelam minum air). Anak muridnya memang nakal yang luar biasaaaaaaaaaa, tapi saya bisa menghadapi mereka dengan cara yang lembut (sekali-kali jadi teman mereka).
Dari segi masyarakat di sini semuanya ramah dan menghargai saya sebagai seorang muslim. Hanya saja banyak warga yang belum kenal dengan SM3T ini, sehingga mereka menganggap kalau saya ini mahasiswa PPL (kelihatan muda kan). Hal ini sebenarnya terjadi karena sebelumnya tidak ada sosialisasi dari Dinas atau Pihak Desa setempat kepada Masyarakat. Karena di desa ini 100% beragama Kristen Protestan, jadi saya juga menghargai mereka. Walaupun ini kali pertama saya bergaul dengan orang yang mayoritas berbeda agama dengan saya tapi ini bukan penghalang bagi saya untuk bersosialisasi dengan mereka.
Selama saya berada disini, banyak sekali hal yang saya peroleh. Bukan hanya dari segi ilmu pendidikan, tetapi dalam hal pengalaman bersosialisasi dengan masyarakat, adat istiadat, bahasa, tata cara beribadah agama mereka, tradisi mereka. Dalam hati saya berkata “Memang benar kalau Indonesia itu Beragam dalam Semua Hal”. Di sinilah aku mengerti dan mengenal arti kehidupan yang sesungguhnya. Jauh dari keramaian, tidak ada fasilitas yang sering kita perolah ketika berada di kota. Bagaimana mendidik yang baik, arti kesabaran dan tidak mementingkan ego masing-masing. Semua didapatkan dengan mengikuti SM3T ini.
Bagi saya, gak rugi dan gak menyesal ikut SM3T ini. Walaupun harus merantau jauh tetapi dengan berbagai cara kita bisa berkomunikasi dengan keluarga kita yang jauh. Bukan jarak yang jadi penghalang, hanya komunikasi yang bisa mendekatkan kita dengan mereka.
Tau gak,,,,????????? Dengan ikut ini kita bisa mendapatkan keluarga baru, teman baru, sahabat baru, ilmu baru, dan tentunya pengalaman baru. Jangan takut,, keluarga baru di tempat pengabdian juga sayang dan peduli kok sama kita. Memang gak seperti orang tua kita sendiri tapi selagi kita ramah, sopan dan baik sama mereka saya yakin mereka akan lebih dari itu kepada kita. Satu lagi, setelah pengabdian ini kita akan lanjut PPG loh selama 1 tahun. Jadi kita akan menambah ilmu kita lebih banyak lagi. Pokoknya menyenangkan ko SM3T ini.
The end,,,,saya ucapkan terima kasih SM3T…!!! saya mendapatkan banyak pengalaman, Persahabatan, dan Persaudaraan. Kalau masalah cinta ditunda dulu (ingat ada kontrak).
Semoga dengan adanya saya di sini sebagai pendidik untuk siswa dan teman untuk guru dan masyarakat. Bisa menciptakan anak didik yang berkompeten, berbudi luhur, memiliki sopan santun dan terus berprestasi. Semangat terus dalam berjuang dan berprestasi!! Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.
Salam SM3T……..
Hasrianti, S.Pd
Testimoni Vera
- Details
- Published: 18 June 2013
REALITA KEHIDUPAN SM-3T
Hidup adalah pilihan, sebuah kalimat yang pernah saya dengar. Setiap orang memiliki hak untuk memilih jalan hidupnya masing-masing. Dalam memilih, mereka pasti memiliki banyak pertimbangan dan banyak diberikan masukan oleh orang-orang terdekat. Tak heran jika terdapat pro dan kontra pada masukan tersebut. Begitu pula dengan saya yang harus memilih jalan hidup saya sendiri.
Kisah ini berawal dari informasi seorang teman yang bernama Dina S. tentang SM-3T. SM-3T merupakan sebuah kata yang baru saya dengar. Teman saya mengatakan kalau SM-3T merupakan program dari DIKTI yang dapat menjadikan saya menjadi PNS lebih cepat tanpa harus mengikuti tes CPNS. Siapapun yang mendengar pernyataan tersebut pasti langsung tergiur untuk mengikuti, begitu juga dengan saya yang langsung memiliki pemikiran untuk ikut program ini. Saya terus menanyakan segala sesuatunya tentang SM-3T, saya berpikir ini sangat menjanjikan demi masa depan saya.
Saya juga mencari informasi dari teman saya yang lainnya, yang sudah mendaftarkan dirinya untuk mengikuti program ini. Penjelasannya ada yang berbeda dari yang saya dapat sebelumnya. Pertimbangan yang matang pun muncul dalam pikiran saya. Saya bertanya pada Orang Tua saya mengenai keikutsertaan saya pada program SM-3T. Saya mengatakan saya ragu mengikuti program ini dengan alasan penempatannya yang jauh dengan kondisi lingkungan yang berbeda dari kondisi lingkungan saya sebelumnya. Orang Tua saya mengatakan kalau ragu jangan dijalani, daripada nantinya terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
Beberapa hari kemudian Orang Tua saya menanyakan, “apakah kamu jadi ikut program SM-3T?”. Kata itu muncul lagi dalam pikiran saya dan membuat saya harus berpikir lagi. Lalu saya bertanya pada teman saya, ternyata dia mau ikut program ini. Tanpa pikir panjang saya langsung mendaftar sebagai peserta program SM-3T dengan pertimbangan ada teman lain yang ikut juga.
Pada tanggal 29 September 2012 sampai dengan tanggal 10 Oktober 2012, kami para peserta SM-3T mengikuti prakondisi di Samarinda. Tanggal 11 Oktober 2012 kami diberangkatkan ke Manado, Sulawesi Utara. Kami tiba di Manado sekitar pukul 11 malam. Keesokan harinya kami menuju pulau Siau, Kab. SITARO. Di sini kami mengikuti prakondisi selama 3 hari untuk mendapatkan pengetahuan mengenai Kab. SITARO. Pada tanggal 15 Oktober 2012 kami diantar ke kampung Lamanggo, Kec. Biaro. Di kampung Lamanggo kami disambut dengan hangat oleh ibu Wiwin dan sebagian warga.
Saya ditugaskan untuk mengabdi di SMK Negeri 1 Biaro dan mengajar mata pelajaran Fisika untuk kelas X, XI, dan XII. Hari pertama di sekolah, saya sedikit takut menghadapi siswa-siswi SMK N 1 Biaro. Mungkin karena postur tubuh mereka yang lebih besar dari saya, sehingga saya sedikit gugup berhadapan langsung dengan mereka. Guru-guru di SMK sangat ramah dan banyak memberi masukan cara mengatasi kenakalan siswa di dalam kelas. Siswa SMK N 1 Biaro cenderung suka bolos saat pelajaran. Hal itu mereka lakukan jika mereka bosan berada di kelas, rasa mengantuk dan tidak menyukai pelajaran tertentu. Dan saya selalu berusaha meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran fisika sehingga tidak banyak siswa yang bolos.
Pendekatan dengan siswa di sekolah cukup sulit untuk dilakukan. Bahasa yang berbeda menjadi penghalang untuk melakukan pendekatan. Seiring berjalannya waktu hal tersebut sudah tidak jadi penghalang bagi saya. Terkadang saya menemukan sedikit kejenuhan siswa terhadap pelajaran fisika. Hal itu sering terjadi, dikarenakan terlalu rumit dalam menghitung dan Saya pun mencoba memberikan cara yang lebih sederhana dalam menghitung.
Kebiasaan siswa lainnya adalah selalu lupa jika diberikan pekerjaan rumah. Jika diberikan tugas di sekolah mereka cenderung lama dalam mengerjakan. Saya sudah memberitahukan pada mereka jangan segan untuk bertanya jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan. Tetapi tidak banyak siswa yang bertanya, mungkin karena mereka malu atau ada alasan yang lainnya. Mereka selalu berkata paham untuk setiap materi yang saya jelaskan, tetapi mereka selalu tidak bisa menjawab soal yang saya berikan.
Disamping itu, ada hal lain yang membuat saya merasa kurang nyaman yaitu susahnya signal yang menghambat komunikasi saya dengan orang-orang terdekat. Ditambah dengan kurangnya ketersediaan air bersih juga menjadi masalah bagi saya. Setiap hari saya bersama teman-teman saya harus mandi menggunakan air hujan. Hidup di daerah yang tertinggal seperti ini memberikan banyak pengalaman bagi saya.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya ada canda dan tawa, kesedihan pun kadang mendera. Rasa rindu dengan keluarga selalu menguraikan airmata. Di kala sedih saya selalu berusaha untuk tersenyum dengan memandang di sekeliling saya. Keindahan alam membuat saya bersyukur atas karunia Tuhan dan mengembalikan semangat yang pernah memudar.
Biaro, Mei 2013
VERA MARDIANA, S.Pd