UPT PPG Universitas Mulawarman
  • Home
  • PPG
  • SM3T
  • Profil
  • Kontak
  • Tautan
  • Testimoni
PPG SM3T

Irwan Murid Nurmie

Details
Published: 25 September 2014

 

Mie Nurmie
19 jam · 

Namaku Irwan Walela murid kelas 5. Rumahku di Wosi, beberapa Km dari SD Inpres Isaima. Meskipun di Wosi ada sekolah tapi tak ada guru yang mengajar dan kami sering hanya letih ke sekolah, sia-sia perjungan kami.

Kini sekolahku semakin jauh, sudah 3 tahun aku menjadi murid di sini. Aku tetap rela berjalan pagi-pagi sekali dan saat panas matahari membuatku berkeringat, bahkan aku sudah kebal dengan dingin aspal pagi dan menahan panas kulit-kulit kakiku yang menempuh jarak berkilo-kilo demi masa depan.

Siang itu, mobil berhenti di depan sekolah. Dua orang keluar dengan beberapa tas besar, aku dan teman-teman berlari menghampiri pak guru yang menyuruh membantu mereka.

Betapa senangnya aku, ternyata yang pak guru katakan kemarin bukanlah bohong. Kini kami punya ibu guru baru, datang dari jauh melewati laut dan pulau-pulau hanya untuk kami, begitu kata pak guru.

Ibu guru berkulit putih, berbeda sekali denganku. Ku dengarkan baik-baik perkenalan singkat siang itu. Aku dan teman-teman berbaris di halaman, suara ibu guru semangat sekali, senyumnya membuatku tertunduk malu, sepatunya yang bersih dan rapi sontak membuatku tertunduk lagi menatap kakiku dan semakin malu. Aku melamun, tersentak ketika ibu guru menegurku. Ibu guru bilang kami harus jadi pemberani, pemberani tidak malu, tidak menunduk dan semangat. Siang itu ibu guru mengajari kami yel-yel penyemangat. Aku senang.

***
Semakin hari terasa menyenangkan. Ibu guru punya banyak cara mengajar kami, bernyanyi di sela-sela pelajaran, menjelaskan berulang-ulang dengan sabar. Yang paling aku suka menggambar, pelajaran olahraga dan bahasa inggris.

Ibu guru sering bilang aku pandai jadi harus sering belajar agar lebih mengenal dunia. Aku tak mengerti maksudnya, sepulang sekolah saat ibu memintaku membantu mengantarkan buku bacaan ke kantor aku bertanya. Ibu tak menjawab banyak, malah bercanda. Esoknya ibu ubah kelas jadi kelas bercerita, kami tak belajar Matematika atau bagaimana sinar matahari membuat tumbuhan berfotosintesis. Kelas bebas, begitu kata ibu guru sambil menyuruh kami memasukkan kembali buku dan pulpen ke dalam tas anyaman kami.

Hari itu teman-teman menangis, aku juga. Aku tak tau apakah ibu menipu kami, tapi ceritanya membuatku sadar. Betapa beruntungnya kami, aku berjanji akan belajar sungguh-sungguh, aku berjanji akan buat Mama dan Bapak senang.

"Percuma ibu guru jadi orang yang cerewet, menyuruh ini dan itu, baca lagi baca lagi, hitung lagi hitung lagi, sebulan sampai setahun dan akan pergi, tidak akan ada gunanya jika bukan karena kalian sendiri."

Kata-kata ibu guru membuatku terus berpikir. Benar saja, akan sia-sia aku berjalan jauh jika hanya terus begini. Meski ibu guru sering memujiku tapi aku tetap merasa malu.

Pulang sekolah sejak dua minggu kehadiran ibu guru. Ini pertama kalinya aku berbicara banyak dengan tenang, ibu guru menatapku sambil tersenyum, sesekali bertanya sesuatu yang sedikit sulit ku jawab jujur.

Ibu guru terima kasih, aku akan mencoba lebih keras lagi, bukankan aku bilang ingin menjadi Pilot. Ibu guru ingatkan saat hari pertama di kelas, ibu guru menanyakan cita-cita kami.

***
Pagi tadi ibu guru bersuara lebih keras dari biasanya.
Apa ibu guru marah? Suaranya sedikit bergetar meskipun dia tersenyum, tapi kurasa itu hanya tipuan. Ibu bilang dia bosan dengan caranya mengajar kami padahal begini saja aku sudah senang. Ibu guru bilang tak ingin memanjakan kami lagi, cukup sebulan, aku dan teman-teman saling melirik. Seorang teman berbahas daerah membuat ibu guru terdiam, berbalik arah dan duduk diam di kursi.

Tak lama ibu guru terdiam. Ibu guru berdiri dan menyuruh kami ini dan itu membanyumya. Kelas berubah, kini suasana baru, peraturan kelas di ubah, ada perpustakaan khusus di dalam kelas, dan ada meja-meja untuk pra karya, besok kami akan membuat mading. Aku lebih suka begini.

Ibu guru bilang kami harus banyak membaca agar lebih tau banyak. Kami harus lancar membaca agar ibu guru lebih mudah mengajar, kami harus membiasakan berbahas Indonesia. Kata ibu lagi, semua bertanggung jawab akan kelas dan isinya.

Ah, ibu guru membuatku samakin senang dan semangat, sore ini aku bawakan beliau sayuran sebagai ucapan terima kasih. Semoga ibu guru suka, karena ku tahu, ibu guru dulu tak memakan sayuran yang sejenis. Ibu guru, terima kasih. Aku berjanji akan menjadi anak pintar, ibu guru dan teman-temanlah saksinya.

Namaku Irwan Walela murid kelas 5. Rumahku di Wosi, beberapa Km dari SD Inpres Isaima. Meskipun di Wosi ada sekolah tapi tak ada guru yang mengajar dan kami sering hanya letih ke sekolah, sia-sia perjungan kami.

Kini sekolahku semakin jauh, sudah 3 tahun aku menjadi murid di sini. Aku tetap rela berjalan pagi-pagi sekali dan saat panas matahari membuatku berkeringat, bahkan aku sudah kebal dengan dingin aspal pagi dan menahan panas kulit-kulit kakiku yang menempuh jarak berkilo-kilo demi masa depan.

Siang itu, mobil berhenti di depan sekolah. Dua orang keluar dengan beberapa tas besar, aku dan teman-teman berlari menghampiri pak guru yang menyuruh membantu mereka.

Betapa senangnya aku, ternyata yang pak guru katakan kemarin bukanlah bohong. Kini kami punya ibu guru baru, datang dari jauh melewati laut dan pulau-pulau hanya untuk kami, begitu kata pak guru.

Ibu guru berkulit putih, berbeda sekali denganku. Ku dengarkan baik-baik perkenalan singkat siang itu. Aku dan teman-teman berbaris di halaman, suara ibu guru semangat sekali, senyumnya membuatku tertunduk malu, sepatunya yang bersih dan rapi sontak membuatku tertunduk lagi menatap kakiku dan semakin malu. Aku melamun, tersentak ketika ibu guru menegurku. Ibu guru bilang kami harus jadi pemberani, pemberani tidak malu, tidak menunduk dan semangat. Siang itu ibu guru mengajari kami yel-yel penyemangat. Aku senang.

***
Semakin hari terasa menyenangkan. Ibu guru punya banyak cara mengajar kami, bernyanyi di sela-sela pelajaran, menjelaskan berulang-ulang dengan sabar. Yang paling aku suka menggambar, pelajaran olahraga dan bahasa inggris.

Ibu guru sering bilang aku pandai jadi harus sering belajar agar lebih mengenal dunia. Aku tak mengerti maksudnya, sepulang sekolah saat ibu memintaku membantu mengantarkan buku bacaan ke kantor aku bertanya. Ibu tak menjawab banyak, malah bercanda. Esoknya ibu ubah kelas jadi kelas bercerita, kami tak belajar Matematika atau bagaimana sinar matahari membuat tumbuhan berfotosintesis. Kelas bebas, begitu kata ibu guru sambil menyuruh kami memasukkan kembali buku dan pulpen ke dalam tas anyaman kami.

Hari itu teman-teman menangis, aku juga. Aku tak tau apakah ibu menipu kami, tapi ceritanya membuatku sadar. Betapa beruntungnya kami, aku berjanji akan belajar sungguh-sungguh, aku berjanji akan buat Mama dan Bapak senang.

"Percuma ibu guru jadi orang yang cerewet, menyuruh ini dan itu, baca lagi baca lagi, hitung lagi hitung lagi, sebulan sampai setahun dan akan pergi, tidak akan ada gunanya jika bukan karena kalian sendiri." 

Kata-kata ibu guru  membuatku terus berpikir. Benar saja, akan sia-sia aku berjalan jauh jika hanya terus begini. Meski ibu guru sering memujiku tapi aku tetap merasa malu. 

Pulang sekolah sejak dua minggu kehadiran ibu guru. Ini pertama kalinya aku berbicara banyak dengan tenang, ibu guru menatapku sambil tersenyum, sesekali bertanya sesuatu yang sedikit sulit ku jawab jujur. 

Ibu guru terima kasih, aku akan mencoba lebih keras lagi, bukankan aku bilang ingin menjadi Pilot. Ibu guru ingatkan saat hari pertama di kelas, ibu guru menanyakan cita-cita kami.

***
Pagi tadi ibu guru bersuara lebih keras dari biasanya.
Apa ibu guru marah? Suaranya sedikit bergetar meskipun dia tersenyum, tapi kurasa itu hanya tipuan. Ibu bilang dia bosan dengan caranya mengajar kami padahal begini saja aku sudah senang. Ibu guru bilang tak ingin memanjakan kami lagi, cukup sebulan, aku dan teman-teman saling melirik. Seorang teman berbahas daerah membuat ibu guru terdiam, berbalik arah dan duduk diam di kursi.

Tak lama ibu guru terdiam. Ibu guru berdiri dan menyuruh kami ini dan itu membanyumya. Kelas berubah, kini suasana baru, peraturan kelas di ubah, ada perpustakaan khusus di dalam kelas, dan ada meja-meja untuk pra karya, besok kami akan membuat mading. Aku lebih suka begini.

Ibu guru bilang kami harus banyak membaca agar lebih tau banyak. Kami harus lancar membaca agar ibu guru lebih mudah mengajar, kami harus membiasakan berbahas Indonesia. Kata ibu lagi, semua bertanggung jawab akan kelas dan isinya.

Ah, ibu guru membuatku samakin senang dan semangat, sore ini aku bawakan beliau sayuran sebagai ucapan terima kasih. Semoga ibu guru suka, karena ku tahu, ibu guru dulu tak memakan sayuran yang sejenis. Ibu guru, terima kasih. Aku berjanji akan menjadi anak pintar, ibu guru dan teman-temanlah saksinya.

Catatan Nurmie

Details
Published: 06 September 2014


Mie Nurmie

‪#‎SM3T ‪#‎Pelajarankecil
05/09/2014

Hari jumat. Hari ini jadwal seluruh murid belajar agama. Dulu ada suster yang mengajar mereka, jika suster tidak datang ada satu guru tertua di sekolah ini yang menggantikan. Tapi? Pagi ini sudah pukul 7 lewat dan belum ada suara-suara murid berbahasa ibu lalu tertawa di sekitar sekolah.

Aku memakai pakai rapi lalu mengintip dari jendela kamar. Mungkin hari ini mereka tidak masuk, gumamku agar tamanku merespon.

"Hari ini mereka tidak ada yg mengajar." jawabnya.

"Kenapa?"

" Bapak Wiliem tidak masuk juga tadi pagi beliau titip kunci dengan murid dan mermyuruhnya menaikkan bendera."

Mendengar itu samangatku kendor. Terlebih kemarin kepsek sudah tidak masuk dan menurut informasi dari guru, kepsek hanya datang sampai hari kamis. Keajaiban jika datang hari ini.

7.45 pagi, aku memakai topi dinasku serta sepatu putih favoritku sambil tersenyum, melangkah pasti menuju sekolah.

"Selamat pagi."

"Pagi ibu guru." jawab beberapa siswa itu tersipu-sipu.

Aku memasuki ruang kantor, yang menurutku sangat butuh penyusunan ulang letak-letak meja ataupun hal lain yang ada di dalam ruangan sempit itu.

"Sepertinya hanya kita berdua yang mengajar hari ini?!" Tanyaku sambil membuka gorden yang mulai sobek termakan usia.

"Iya. Mau bagaimana lagi..." Jawab kawanku kecewa dan pasrah.

***
Aku memukul bel sekolah. Temanku menggantikan karena menurutnya kurang keras. Aku meraih kunci-kunci di atas meja lalu berjalan ke pintu-pintu, membuka.

Murid-murid berbaris di depan ruang kelas enam. Aku melirik sekecap memastikan seberapa banyak mereka. Sedikit. Anak kelas 2 hanya 2 orang saja, kelas lain juga hanya separuh dari biasanya.

"Sementara ibu nurmi membuka seluruh kelas, ayo baris rapi. Ketua kelas enam maju." kawanku mengarahkan mereka. Aku tersenyum dari jauh.

Kegiatan rutin itu sudah menjadi yang ke empat tapi masih saja kurang.

Berkali-kali kata siap dan Luruskan di ucap masih saja belum rapi.

"Ulangi. Ibu guru sudah bilang toh? Kalau temannya memimpin dengarkan baik-baik. Yang mempin bagaimana sikap?"

Ku dengar dari kejauhan, volume suara kawanku lebih dari biasanya.

"Pempin itu jadi contoh. Jadi suara harus keras toh? Harus lihat teman yang lain. Jika belum lurus jangan siapkan. Kalau masih ada yang berbicara tegur, sebut nama. Bisa toh?" Ia mulai berbicara banyak, murid-murid belum di siapkan.

"Ayo di cek temannya. Kalau di tegur berkali-kali tidak berubah. Datangi."

Langkah kaki hitam berlumpur tanpa sepatu itu menuju barisan dan mengatur satu persatu anak kelas 1 dan 2.

Aku mendekati kawanku, tak bersuara apa lagi berani berpendapat.

"Iya begitu. Yang lain bisa toh atur diri sendiri?" sambungnya.

***
Barisan sudah di siapkan lalu di istirahatkan.

"Cape?" Tanyaku.

"Iyo ibu."

"Kalau cape harus baris bagus toh biar ibu guru tidak lama suruh berdiri. Paham?"

"Paham ibu."

"Setuju?"

"Iyo. Setuju."

"Semangat!"

"SEMANGAT" jawab mereka serentak dan mengepalkan tangan kanan ke atas.

Aku memberi kode pada kawanku yang baru kembali dari ruangan kantor untuk meneruskan.

***
Aku mereka dari belakang kegiatan itu. Kawanku sepertinya lebih lembut sekarang. Ku dengar ia memberikan nasehat-nasehat penting, sesekali bernyanyi untuk menyindir mereka yang malu-malu.
"Pemberani tidak boleh menunduk... 
Pemberani tidak malu-malu. Pemberani..."

Aku keluar pagar sekolah, melihat ke arah jalan dari kota, tak ada murid yang datang. Kemudian arah lain, ku lihat 2 bapak guru yang berjalan tak jauh dari sekolah. Jauh di belakangnya banyak murid-murid berlarian agar lebih cepat sampai.

Senyumku mengembang. Setidaknya mereka masih ingin bersekolah.

"Ayo cepat. Sudah lewat jam delapan."

Teriakku lalu masuk untuk menanti mereka.

***
"Eh, yang terlambat barisnya di sana." ucap temanku memunjuk sisi lapangan di depanku.

Yang terlambat kembali berhambur dari barisan dan menujuku. Aku tersenyum seolah memberi isyarat bahwa aku tidak akan menghukum mereka, jadi mereka tak perlu takut.

"Baris seperti biasa yo"

2 anak kelas satu langsung mengambil posisi. Yang lain sedikit lambat.

"Bagus." Ucapku menunjukan jempol pada dua murid mungil itu.

"Ayo yang lain masa kalah sama adiknya. Malu toh?"

"Frans. Boleh pimpin? Murid kelas limaku itu langsung maju. Ia melakukan tugas dengan baik.

"Tidak usah menoleh, lihat kedepan. Sikap siap toh? Lihat Frans. Bukan temannya yang berbaris di sana."

Mereka mengikuti perintah.

"Jauh rumah kan? Atau bantu mama dulu? Jadi hari ini masih terlambat?"

"Jauh ibu."

"Ibu tidak marah kalian terlambat, tapi tidak senang juga kalian terlambat. Boleh besok- besok tidak terlambat?"

"Iyo."

Jawaban mereka membuatku terdiam. Menunggu kawan yang masih menanti kesempurnaan barisan di hadapannya.

"Ibu tidak akan suruh turunkan tangan kalau masih ada suara apa lagi haruk kepala."

***
Setelah barisan digabungkan dan dalam posisi istirahat. Aku membuka dengan semangat.

"Selamat pagi..."

"Pagi ibu guuru"

"Kurang keras. Selamat pagi semua..."

"PAGI IBU GURUU."

"Bagus. Pagi-pagi harus semangat toh? Tepuk tangan dulu untuk kalian.

Ibu guru tidak marah toh? Ibu guru hanya ingin kalian disiplin, perduli dengan teman. Jangan kira ibu marah ya!"

"Iyo."

"Bagus toh kalau rapi? Terus, teman sudah bagus baris tapi yang lain masih ribut dan goyang sana-goyang sini. Kasihan toh temannya? Satu salah semua kena. Besok-besok baris bagus yo." Mereka mengiyakan.

"Ibu Wira mau tambahkan?"

"Apa kabar?" Teriak kawanku semangat.

"Luar biasa." Teriak semangat murid membalas dan mengacungkan kedua jempolnya.

Kawanku mulai berbicara ini dan itu membuat murid-murid itu lebih ceria lagi. Yel2 dan lagu beserta gerakannya kami lakukan bersama-sam.

Doa bersama sebelum kegiatan bersih-bersih di mulai. Aku mendapat tanggung jawab mengawasi memandu siswa kelas 3 dan 4 membersihkan ruangsn. Luar biasa mereka siswa yang aktif dan menyenangkan.

Seluruh sisi di sapu termaksud pelapon dan dinding yang mulai banyak sarang laba-laba. Bangku di susun ulang dan foto presiden serta wakilnya dilap bersih. Burung garuda bahkan dibersihkan dengan air. Begitu juga dengan papan tulis yang menggunan kapur, harus menggunkan kain basah.

Tidak hanya dalam ruangan, sampah-sampah di sekitar sekolah dipunguti dan dikumpulkan menjadi satu dan akan dibakar saat pulang sekolah.

***
Paling menggemaskan saat membantu siswa kelas satu membersihkan kelas. Bayangan mereka yang mengambil rumput di sekitar sekolah untuk menyapu kelas. Aku tersenyum kaget melihat itu.

"Halo."

"Ibu guru." ucapnya lalu berlari masuk kelas.

"Sudah bersih?" ucapku pura-pura bertanya karena kelas malah penuh rumput.

"Bapak guru mana?"

"Di sebelah." rupanya beliau mengawasi kelas 2 lebih dulu. Aku meminta izin mengambil alih kelas 1.

"Tidak ada sapu?" bukannya menjawab mereka malah berlari keluar dan membuang sapu rumput mereka lalu kembali masuk.

"Ibu guru boleh ambil sapu dulu?"

"Iyo."

Kembali dengan 3 sapu di tangan. Mereka berlomba ingin menggunakan. Mereka berdiri mengelilingiku dan mendongak dengan harap diberi. Ku berikan yang ku anggap mampu, ternyata mereka bertengkar.

"Hallo." ucapku di tengah-tengah ruangan sambil tepuk tangan agar dapat perhatian.

"Yang pegang sapu menyapu. Yang lain bantu ibu angkat meja kursi. Bisa?"

Mereka langsung bergerak kecap. Aku yakin mampu mengangakat hanya berdua. Tapi ingin hal lain.

"Berhenti." mereka menatapku heran. Aku tersenyum.

"Angkatnya berempat biar lebih ringan dan harus kompak jalannya. Boleh?" mereka hanya tersenyum malu-malu. Rasanya ingin tertawa puas saat melihat kelas rapi dari biasanya.

"Ayo. Duduk dulu." Mereka mulai mengambil posisi.

"Ini kenapa duduk bertiga?" Tidak ada jawaban hanya ada cengir-cengir dan mata-mata coklat menatapku.

"Boleh pindah satu?" Mereka saling tatap.

"Masih ada toh kursi kosong. Masih ada juga teman duduk sendiri. Boleh pindah?" yang lain menjawab iya namun ketiga snak itu tidak. Bagusnya meski tak menjawab, satu orang berdiri dan pindah ke sebelah.

"Nah. Pintar. Ayo tepuk tangan untuk temannya."

"Ada yang masih ingat lagu kemarin?" Semua bungkam.

Aku menaikkan 3 jariku kedepan.

"3" sebut mereka serentak. Ku lanjutkan untuk mempermainkan jari-jari menguji kemampuan menghitung mereka. Luar bisa semua benar meskipun ku acak angkanya.

Aku ingin mereka bernyayi.

"Satu satu saya sayang Mama... Dst" Aku mulai bernyanyi diikuti mereka. Yang membuat gemas lagi mereka mengikuti gerakkan yang ku ajarkan.

"Sekali lagi. Setelah itu foto bersama dan kita kumpul di lapangan sama kakak-kakak yang lain."

Suara mereka makin keras dan saat perfoto mereka senyum manis. Bulu mata lentik itu menggodaku. Aku suka sekali. Hahaha.

***
Mereka semua duduk melingkar, sesekali berdiri. Kami melakukan beberapa permainan. Menyanyikan beberapa lagu agar lebih semangat. Dan sebelum pulang aku bergantian dengan teman.

Kawanku memandu mereka menyanyikan lagu-lagu keagamaan mereka. Aku menjauh sedikit, ku lihat bapak Wiliem duduk di kursi depan kantor ikut bertepuk-tepuk tangan sama dengan murid-murid. Aku tersenyum menyaksikan itu.

Sebelum pulang mereka berdoa. Aku masih berdiri 5 meter dari mereka berdoa dengan caraku sendiri.

"Amiin." semua Siswa berdiri. Kawanku mengarahkannya keluar pagar dengan berbaris rapi.

-------
Pelajaran kecil yang begitu berarti. Kami ingin mereka menjadi generasi penerus bangsa yang kuat, gigih, disiplin, serta berwawasan luas tanpa merasa berbeda.

Pelajaran kecil untuk perubahan besar.

".... Tunggulah wahai negeriku. Baktiku padaku." Begitu lirik lagu yang sering kami nyanyikan dan siap membagun tembok janji dalam hati kami. Pendidik generasi bangsa, duta pendidikan nasional.

 

 

 

 

Tanah Papua, Daerah Sasaran Sm3T Unmul Angkatan IV

Details
Published: 03 September 2014

TANAH PAPUA......” DAERAH SASARAN SM3T UNMUL ANGKATAN IV/2014”

 

Oleh : Prof. Dr. A. Hardoko, M.Pd ( Ketua PPG-SM3T Unmul)

       Berbekal tekad yang bulat, semangat mengabdi yang tinggi, dan nuansa perjuangan di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), peserta SM3T Unmul siap berangkat menuju tanah Papua, tepatnya di kabupaten Sorong (Papua Barat) dan di Kabupaten Jayawijaya (Papua). Upacara pelepasan langsung dilakukan oleh Rektor Unmul Prof. Dr. Zamruddin Hasid, SE,SU pada tanggal 26 Agustus 2014, setelah selama 13 hari menjalani masa pra-kondisi. Dihadiri oleh seluruh peserta SM3T, instruktur pra-kondisi, dan pihak Dinas Pendidikan Wamena berlangsung dengan lancar. Dalam sambutannya pada penutupan pra-kondisi peserta SM3T, bapak Rektor berpesan agar seluruh peserta SM3T Unmul selalu berpegang pada prinsip: “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.

       Sejuta harapan dan setumpuk impian diletakkan di pundak mereka dalam menjalankan tugas pengabdian di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Sebagaimana telah diputuskan dalam rapat koordinasi di Jakarta tanggal 12 Agustus 2014, ditetapkan bahwa Papua  menjadi daerah sasaran utama SM3T secara nasional. Hal ini disebabkan Papua memiliki paling banyak daerah 3T, sehingga kuota terbesar berada di Papua. Pada tahun 2014 ini, kuota untuk Papua sebanyak 1000 peserta, namun yang lolos pada saat seleksi akhir hanya 860 peserta. Salah satu dari LPTK yang ikut ambil bagian dalam penempatan peserta SM3T di Papua adalah Universitas Mulawarman.

 

 

 

     

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hal ini menjadi kesempatan bagi Unmul untuk ikut berpartisipasi dalam mengemban tugas memajukan pendidikan di tanah Papua. Kegembiraanpun terpancar pada wajah setiap peserta yang akan menunaikan tugas berat namun mulia ini sebagai guru di daerah terpencil. Hal ini memberikan indikasi bahwa peserta SM3T adalah sarjana pilihan yang  tersaring lewat seleksi ketat secara nasional melalui tes on-line yang diikuti oleh 17 Perguruan Tinggi Negeri pengelola. Unmul tahun ini meloloskan  sebanyak 54 orang peserta yang tersebar dari berbagai program studi yang keseluruhannya menunaikan tugas di Papua.

      Perjalanan menuju tanah Papua dibagi ke dalam dua kelompok, kelompok Sorong sebanyak 24 peserta dan kelompok Wamena sebanyak 30 peserta. Kelompok Sorong dipimpin langsung oleh ketua PPG-SM3T Unmul, Prof.Dr. A. Hardoko, M.Pd didampingi seorang staf PPG-SM3T Unmul Hermansyah, dengan route Balikpapan- Makasar- Sorong, sedangkan kelompok Wamena dipimpin oleh sekretaris PPG-SM3T Unmul, Dr. Zeni Haryanto, M.Si didampingi seorang staf PPG-SM3T Unmul, Yudha dengan route Balikpapan- Jakarta- Jayapura- Wamena. Meski melelahkan, akhirnya masing-masing rombongan tiba di Kabupaten Sorong pada tanggal 28 Agustus 2014 dan Kota Wamena tanggal 28 Agustus 2014. Penyambutan dilakukan oleh Diknas Pendidikan Kabupaten Sorong dan Pemerintah Daerah Jayawijaya.  Sambutan pihak Diknas dan Pemda setempat yang penuh antusias dan hangat menambah semangat dan gairah para peserta untuk segera menjalankan tugasnya membangun Papua dalam ranah pendidikan.

       Penempatan ke sekolah sasaran sesuai plotting oleh Diknas Pendidikan dan Pemda Jayawijaya sudah disiapkan sesuai kebutuhan daerah masing-masing. Setiap peserta sudah memperoleh tempat dan langsung dipertemukan dengan kepala sekolahnya yang segera mengantar ke sekolah tempat mengabdi. Hampir keseluruhan sekolah sasaran SM3T berada pada posisi yang sulit, baik sarana jalan, transportasi, komunikasi dan ekonomi biaya tinggi. Kondisi siswa yang jumlahnya sedikit, fasilitas sekolah yang minim,  dan SDM guru yang amat terbatas (baik kuantitas, maupun kualitas) memberikan sisi perjuangan yang tidak mudah bagi setiap peserta SM3T. Uji nyalipun harus dijalani dibarengi dengan kemantaban, ketangguhan mental yang tinggi dengan segala pengorbanan demi merajut masa depan anak bangsa yang terpinggirkan di tanah Papua.

       Dengan semangat “Ora et labora” ( berdoa dan berkarya) menjadi senjata utama dalam menjalankan tugas mereka. Suka dan duka akan dihadapi semua peserta, bahkan mungkin lebih banyak duka daripada sukanya. Dukungan semua pihak, baik moril maupun materiil menunggu peserta SM3T dalam berkarya. Di atas semuanya, semangat daya juang yang tinggi, pantang menyerah dan tidak mengenal putus asa, gigih serta berani menghadapi resiko adalah bekal utama dalam menjalankan tugas mereka.

       “Viva SM3T,  maju terus pantang mundur”. Jadilah pelopor dan penggerak kemajuan pembangunan  dalam dunia pendidikan demi merajut masa depan bangsa Indonesia dan kesatuan NKRI. Padamu negeri, kami berbakti. Padamu Negeri kami mengabdi. Bagimu seluruh jiwa raga kami.

 

 Koordinator SM3T dan Kepala Bidang Peningkatan Mutu Guru Dinas Pendidikan Sorong 

  

Kelompok Jayawijaya

Kelompok Sorong

Yang Terpilih di Pra Kondisi Ketahanmalangan

Details
Published: 24 August 2014

Ketahanmalangan

 

Ketahanmalangan adalah salah satu bagian dari pra kondisi non akademik yang akan menjadi bekal bagi peserta SM3T. Dalam materi ini peserta diberi bekal pengetahuan tentang ketahan malangan (survival), bagaimana memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengetahuan untuk bertahan hidup lainnya. Salah satu materi yang membangkitkan antusiasme peserta adalah materi turun tebing. Berikut adalah beberapa gambar terpilih dari kegiatan ini. 

 

Peserta SM3T Angkatan IV Unmul Kabupaten Sorong

Details
Published: 17 August 2014

 

DAFTAR PESERTA SM3T ANGKATAN IV UNIVERSITAS MULAWARMAN
KE KABUPATEN SORONG  PAPUA BARAT
         
NO NO PESERTA NAMA JENIS KELAMIN PROGRAM STUDI 
1 201441060 ROSMA Perempuan Pendidikan Bahasa Inggris
2 201437429 MARLINA LUTHER BELO Perempuan Pendidikan Bahasa Inggris
3 201438962 SAFRIADI PITALIPUS TOUPA Laki-laki Pendidikan Bahasa Inggris
4 201433293 NORMALIDA SAFITRI Perempuan Pendidikan Bahasa Inggris
5 201437151 CECEP RIANTO Laki-laki Pendidikan Bahasa Inggris
6 201438245 IRMA SANUSI Perempuan Pendidikan Bahasa Indonesia
7 201439116 RIZKI ALFIAN RAHMAT Laki-laki Pendidikan Bahasa Indonesia
8 201429694 JUNIYAH Perempuan Pendidikan Biologi
9 201434429 NUR SAIFUDDIN ACHWARINDA Laki-laki Pendidikan Biologi
10 201435376 AZIZAH ZAINAB HAMDI Perempuan Pendidikan Biologi
11 201432092 SITTI MASNA Perempuan Pendidikan Ekonomi
12 201434850 BAGUS TRI HARTOKO Laki-laki Pendidikan Fisika
13 201434858 INDAH ANDRIANI Perempuan Pendidikan Fisika
14 201435568 SANSUKARNA Laki-laki Pendidikan Fisika
15 201435876 RYAN RIFAI Laki-laki Pendidikan Fisika
16 201435901 EKA WIJAYANTI Perempuan Pendidikan Fisika
17 201437728 FAISOL Laki-laki Pendidikan Fisika
18 201431072 SURYADI Laki-laki Penjaskes
19 201438592 KIKI ARSELA Perempuan PGSD
20 201439167 A HANIF IBRAHIM Laki-laki PGSD
21 201438813 MIANA HATMAWATI ISTIQOMAH Perempuan PGSD
22 201430510 YUNI WAHYUNI Perempuan Pendidikan Kimia
23 201431966 BIDROTUL ULFA Perempuan Pendidikan Kimia
24 201436941 NADHIRAH Perempuan PPKn

Peserta SM3T Angkatan IV Unmul Kabupaten Jayawijaya

Details
Published: 17 August 2014

 

DAFTAR PESERTA SM3T ANGKATAN IV UNIVERSITAS MULAWARMAN
KE KABUPATEN JAYAWIJAYA PAPUA
         
NO NO PESERTA NAMA JENIS KELAMIN PROGRAM STUDI 
1 201437235 WIRA TARMI MAGDALENA SITORUS Perempuan Pendidikan Kimia
2 201437266 FAUL SAMARA Laki-laki Pendidikan Kimia
3 201438582 HOTMAULI GULTOM Perempuan Pendidikan Kimia
4 201439096 FATMAWATI Perempuan Pendidikan Kimia
5 201439170 TAMI AFRIYANI Perempuan Pendidikan Kimia
6 201439179 WULANSARI Perempuan Pendidikan Kimia
7 201437877 INGGAR IRLIWINANDA Perempuan Pendidikan Matematika
8 201439553 RIDWAN SAMSONI Laki-laki Pendidikan Matematika
9 201430489 DARWIN Laki-laki PPKn
10 201434616 CHARLES YULIANTO NGGATA S.Pd. Laki-laki PPKn
11 201431084 IRHAM Laki-laki Pendidikan Fisika
12 201435578 NURMIATI Perempuan Pendidikan Fisika
13 201435987 NUR SAFITRI Perempuan Pendidikan Fisika
14 201438033 DEWI PRIYANTI Perempuan Pendidikan Fisika
15 201438239 RANI PERTIWI Perempuan Pendidikan Fisika
16 201433241 Angen Bagas Andi Marbowo Laki-laki Penjaskes
17 201439182 AGUSTINUS SIMON Laki-laki Penjaskes
18 201438824 ROSSY ALVIONITA Perempuan PGSD
19 201439042 MUTIATUL KHOIROH Perempuan PGSD
20 201438621 ELLEN YULIETY EZRA Perempuan PGSD
21 201439043 RINA MARDIANA Perempuan PGSD
22 201435969 AINI RIZKIANA Perempuan Pendidikan Biologi
23 201436325 ERNAWATI Perempuan Pendidikan Biologi
24 201437771 AGUSTYANTI Perempuan Pendidikan Biologi
25 201438973 HENDRI SETYAWAN N Laki-laki Pendidikan Biologi
26 201436581 DARNAWATI Perempuan Pendidikan Bahasa Inggris
27 201436593 NURLINA Perempuan Pendidikan Bahasa Inggris
28 201430635 DANIEL LITTIN Laki-laki Pendidikan Bahasa Inggris
29 201432363 ARVAN SRI CAHYA SAPUTRA Laki-laki Bimbingan Konseling
30 201435432 KRISPIN SUHERLI Laki-laki Pendidikan Bahasa Indonesia  

Page 3 of 7

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • ...
  • 6
  • 7

Latest Article

  • Pengumuman MBK Prajabatan 2018 FIX
  • Pengumuman MBK PPG Prajabatan Bersubsidi 2018
  • Tes Bebas NAPZA Peserta PPG SM-3T VI Universitas Mulawarman
  • Daftar Peserta PPG SM-3T Angkatan VI Unmul
  • Kunjungan UPT PPG Unmul di Asrama PPG SM3T Angkatan VI
  • Peserta Angkatan V UNMUL Kab. Timor Tengah Utara
  • SM3T Angkatan V Universitas Mulawarman
  • Daftar Peserta PPG SM3T Angkatan III Unmul
  • Surat Pengumuman PPG SM3T
  • Paginya Nurmie

Articles Most Read

  • Sekilas Pandang
  • SM3T 2013
  • Daftar Peserta PPG SM3T Angkatan III Unmul
  • Surat Pengumuman PPG SM3T
  • SM3T Angkatan V Universitas Mulawarman

Back to Top

© UPT PPG Universitas Mulawarman 2021