NANO-NANO di SM-3T

 

Assalamualaikum wr. wb

 Banyak kisah yang mengharukan saat saya mengajar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Saya Alumni Program Studi Pendidikan Ekonomi  Universitas Negeri Makassar, dari LPTK Universitas Mulawarman. Saya  ditugaskan sebagai pengajar  di SD GMIST Yobel Lamanggo di Daerah Sulawesi Utara kabupaten SITARO (Siau, Tagulandang, Biaro) Kecamatan Biaro Desa Lamanggo. Awal mengikuti program SM-3T ini sempat ragu, tapi berkat dorongan dari keluarga dan teman-teman  akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan mengikuti tahap demi tahap sampai akhirnya bisa lulus program SM-3T ini.

 Sebelum kami di tempatkan di tempat pengabdian kami mendapatkan pembekalan selama 3 (tiga) hari di Hotel Jakarta di Kabupaten SITARO, disana kami diajarkan tentang banyak hal yang menyangkut kondisi daerah yang akan menjadi tempat pengabdian selama 1 (satu) tahun. Setelah tiba dilokasi muncul pertanyaan di dalam hati saya “Apakah saya sanggup bertahan  dengan kondisi yang seperti ini?”. Di tempat pengabdian, saya tinggal disebuah kontrakan, bisa dikatakan tempat tersebut kurang layak ditempati, masih kotor karena tempat tersebut tidak ada yang menempati sebelumnya. Adapun air yang  dipergunakan adalah air hujan, listriknya pun hanya 12 jam saja dari jam 18.00-06.00 WITA, jalanannya masih berbatu-batu, dan warga disana mayoritas non muslim.

 Jarak sekolah dari rumah lumayan jauh sekitar kurang lebih 20 menit perjalanan, saya ke sekolah jalan kaki karena di tempat tugas saya belum ada mobil angkutan. Hari pertama masuk di sekolah saya langsung perkenalan dengan seluruh dewan guru dan murid-muridnya, Jumlah tenaga pengajar di SD GMIST Yobel Lamanggo hanya terdapat 7 orang yakni 6 orang wali kelas dan 1 orang kepala sekolah, mengajar di sekolah ini harus lebih kreatif disebabkan kurangnya fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan sekolah cenderung menggunakan bahasa daerah sehingga terkadang saya kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka.

 Saya mengikuti program SM-3T ini awalnya karena adanya jaminan kuliah PPG selama satu tahun dan bisa diangkat menjadi PNS, tapi setelah melihat senyum, canda tawa dan semangat mereka untuk belajar rasanya sangat malu sekali, ketika sempat semangat saya mulai menurun.

 Mengajar di sekolah ini harus lebih kreatif dan extra sabar. Hal ini disebabkan Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki di sekolah tersebut. Murid-muridnya pun tidak semua menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun demikian saya tetap bersemangat mengajar mereka. Setiap hari Sabtu di sekolah hanya pengembangan diri saja murid-muridnya kabanyakan bermain jadi saya mengajarkan mereka lagu-lagu daerah dan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler.

 Di sekolah kami mengadakan penataaan kembali perpustakaan ditambah dengan mengadakan UKS kecil  dan majalah dinding sekolah. Guru dan siswa tadinya jarang ke perpustakaan setelah dibenahi kembali mereka mulai berdatangan guna membaca buku dan melihat majalah dinding. Sebelum diadakan UKS, siswa yang mengalami sakit ringan cenderung ijin pulang dan meninggalkan pelajaran, sekarang dengan adanya UKS siswa bisa berperan sebagai dokter kecil untuk temannya yang sedang sakit ringan. KIT yang awalnya tidak dimanfaatkan dengan baik yang tersimpan diperpustakaan kini mulai dipergunakan sesuai dengan kebutuhan materi yang diajarkan.

 Selain mengajar di sekolah saya dan teman-teman juga melakukan kegiatan kemasyarakatan diantaranya, pemutaran film bertemakan pendidikan”Laskar Pelangi”, sosialisasi di Gereja, ikut kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa, mengikuti acara adat Tulude Kecamatan bersama Bupati, mengadakan Lomba Mewarnai dan Menggambar tingkat TK dan SD serta lomba membaca puisi bahasa inggris tingkat SMP dalam rangka menyambut HARDIKNAS.

 SD GMIST Yobel Lamanggo tempat pengabdian saya selama 1 tahun, suka duka selama mengajar di daerah SM-3T akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. saya sangat bangga bisa menjadi bagian dari peserta SM-3T khususnya di daerah Lamanggo. Ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya, program SM-3T ini mengajarkan saya banyak hal tentang arti kehidupan, mengabdi di daerah SM-3T harus sabar dan iklas, tetap semangat, tetap sabar, dan tetap tersenyum.

 Salam SM-3T (by Andi Hernawati)