Testimoni Lia
Written by Super UserBALADA SM-3T
Awalnya saya ragu mengikuti program SM-3T. Program SM-3T masih belum familiar di telinga saya. Ketika mendapat info tentang SM-3T, saya langsung membuka situsnya untuk mengetahui perihal kelanjutannya. Setelah saya baca-baca, saya mengurungkan niat untuk mengikuti program SM-3T dikarenakan daerah penempatan yang cukup jauh dari tempat tinggal saya. Selain jauh, saya meragukan keberanian saya untuk menjadi seorang perantau yang harus terpisah jauh dari orangtua dan keluarga. Hal ini sangat mengganggu pikiran saya. Memikirkan kehidupan seperti apa yang akan saya jalani di tempat tugas. Liku kehidupan seperti apa yang akan saya hadapi dalam perantauan.
Di sela-sela dilemanya hati, saya mendapat sedikit pencerahan dari salah seorang dosen. Beliau memberikan gambaran tentang SM-3T. Bersama dengan teman lainnya, saya sangat antusias menyimak penjelasan Beliau. Akhirnya, Beliau pun menyarankan untuk mendaftar program SM-3T. Dengan perasaan lega saya pulang ke rumah dan meminta ijin orangtua untuk mengikuti program SM-3T. Setelah mendapat ijin, saya mendaftarkan diri sebagai peserta SM-3T dengan mengisi formulir online dan melengkapi data-data yang diperlukan. Karena merasa takut mengikuti program tersebut sendiri, saya pun mengajak seorang sahabat yang sudah pulang kampung untuk mendaftar program SM-3T. Dengan berbagai penjelasan, saya meyakinkannya untuk mengikuti program SM-3T dan dia pun ikut mendaftar.
Salah satu alasan mengikuti program SM-3T ini adalah adanya jaminan beasiswa PPG dan menjadi PNS. Yang mana sekarang ini, bukan hal mudah untuk menjadi PNS. Harapan orangtua menjadi tolak ukur saya untuk membulatkan tekad. Keyakinan, keberanian dan nekad yang pada akhirnya membuat saya memberanikan diri mengambil keputusan ini dengan segala konsekuensinya. Dan tidak sia-sia, saya pun lolos seleksi. Ketika tes wawancara, saya menyanggupi semua pertanyaan yang diberikan seolah saya mampu dan sanggup bertahan di tempat baru yang akan menjadi tempat bermukim selama satu tahun lamanya. Seolah saya mampu berdaptasi dengan baik di lingkungan yang baru.Semua itu hanya berdasarkan keyakinan.
Sampailah kami pada daerah penempatan. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Provinsi Sulawesi Utara. Tempat yang belum pernah terjangkau dalam khayalan sekalipun. Tempat yang tidak pernah terlintas dalam pikiran akan saya kunjungi untuk waktu yang lama. “Akankah saya mampu bertahan disini??” sejenak merenung dan bergumam dalam hati. Setibanya di Manado, kami menuju Pulau Siau untuk berkumpul dengan rekan SM-3T dari Universitas Negeri Malang. Kami mengikuti workshop selama tiga hari bersama Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) dan BASICS. Tepat pada tanggal 15 oktober 2013, kami dikirim ke daerah tempat tugas masing-masing. Pertama kalinya menginjakkan kaki di Pulau Biaro. Saya ditugaskan di SD GMIST Yobel Lamanggo Desa Lamanggo Kecamatan Biaro Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang BIaro. Ketika pertama tiba di Desa Lamanggo, saya menangis histeris. Entah apa yang saya pikirkan saat itu. Hati saya begitu takut dan ingin sekali pulang.
Namun seiring berjalannya waktu, saya bisa menerima dan membiasakan diri dengan kehidupan di Desa Lamanggo. Desa Lamanggo merupakan ibukota kecamatan Biaro. Namun fasilitas yang ada, baik dari segi finansial maupun infrastruktur bisa dikatakan masih kurang dari kata baik. Pekerjaan penduduknya tidak menetap menyesuaikan dengan keadaan. Tidak banyak yang dapat kami lakukan untuk kemajuan Desa Lamanggo, namun kami berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan terlebih dalam dunia pendidikannya.
Di lingkungan sekolah, khususnya SD GMIST Yobel Lamanggo, fasilitas gedungnya baik. Hanya saja, ada beberapa perangkat pembelajaran yang tidak dimanfaatkan dengan sebagaimana mestinya. KIT yang tersedia hanya tersimpan di perpustakaan. Perpustakaan yang ada pun tidak tersusun dengan rapi. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka, sebelumnya tidak pernah dilaksanakan di SD GMIST Yobel Lamanggo. Setiap hari sabtu, siswa-siswi cenderung tidak ada kegiatan yang dilakukan selain bermain di lingkungan sekolah. Saya yang tidak mempunyai basic atau pengalaman pramuka memberanikan diri mengusulkan kepada Kepala SD GMIST Yobel Lamanggo untuk diadakannya ekstrakurikuler pramuka setiap hari sabtu dan pengembangan diri dengan memperkenalkan lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia kepada siswa-siswi karena diketahui mereka sangat suka bernyanyi. Kini kegiatan pramuka berjalan rutin setiap minggunya dan seluruh siswa sangat menyukai lagu-lagu daerah yang diajarkan serta sangat antusias dalam menyanyikannya.
Saya merasa malu ketika teringat akan keluhan-keluhan saya, rasa tidak betah saya, rasa takut saya, rasa ketakberdayaan saya hidup di lingkungan yang sangat baru. Itu semua seakan terbayar dengan senyum dan tawa mereka. Ketika melihat senyuman, antusias, tawa riang, tekad dan impian-impian mereka, saya benar-benar mendapat kepuasan batin yang luar biasa. Saya sangat bangga menjadi peserta SM-3T. Saya bangga dengan semangat anak-anak bangsa SD GMIST Yobel Lamanggo. Semangat mereka seakan tak pernah padam. Begitu membara dalam sanubari. Mereka adalah anak bangsa yang memiliki impian-impian indah. Membentang di cakrawala. Semangat kita adalah mimpi nyata untuk mereka. Motivasi kita adalah vitamin untuk kemajuan mereka. Ketulusan kita adalah awal untuk menjadikan mereka penerus bangsa. Bangsa yang berpendidikan. Satu nasehat yang selalu saya ingatkan pada mereka “ Jika Engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, Engkau harus menanggung pahitnya kebodohan” (Phytagoras)
Salam SM-3T,,
Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia
Lia Ayu Rachmawati, S.Pd
SD GMIST Yobel Lamanggo
Desa Lamanggo Kec. Biaro Kab. SITARO